0

DIGITAL TV

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI
TV DIGITAL

Di era teknologi digital saat ini telah berkembang suatu paradigma baru yaitu masyarakat yang disebut sebagai “Knowledge Based Society” atau masyarakat yang berbasis pada pengetahuan, yaitu masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi serta menjadikan informasi sebagai nilai tambah dalam peningkatan kualitas kehidupan. Selain itu, di era teknologi digital ini telah terjadi konvergensi teknologi dalam media penyiaran (broadcasting), media telekomunikasi dan media teknologi informasi, misalnya siaran TV bisa dilihat di HP, siaran TV dilihat melalui internet, demikian juga dengan adanya penyiaran TV digital nantinya akses internet pun dapat melalui TV.

APA ITU TV DIGITAL ?

Televisi digital atau DTV adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal gambar, suara, dan data ke pesawat televisi. Televisi digital merupakan alat yang digunakan untuk menangkap siaran TV digital, perkembangan dari sistem siaran analog ke digital yang mengubah informasi menjadi sinyal digital berbentuk bit data seperti komputer.
Migrasi dari teknologi analog ke teknologi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar TV dan penerima siaran TV. Karena pesawat TV analog tidak bisa menerima sinyal digital, maka diperlukan alat tambahan yang dikenal dengan Set-Top Box yang berfungsi menerima dan merubah sinyal digital menjadi sinyal analog.
Set-Top Box berguna untuk meminimalkan resiko kerugian (baik bagi operator TV maupun masyarakat) agar pesawat penerima analog dapat menerima siaran analog dari pemancar TV yang menyiarkan siaran TV Digital, sehingga pemirsa (masyarakat) yang telah memiliki pesawat penerima TV analog secara perlahan-lahan dapat beralih ke teknologi TV digital dengan tanpa terputus layanan siaran yang ada selama ini
Infrastruktur TV digital terrestrial relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan infrastruktur TV analog. Karena itu, operator TV (yang sudah ada) dapat memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, seperti studio, bangunan, SDM dan lain sebagainya dan menerapkan pola kerja dengan calon penyelenggara TV digital. Sehingga di kemudian hari penyelenggara TV digital dapat dibagi menjadi penyedia jaringan (Network Provider) dan penyedia isi (Content Provider).

Terdapat tiga standar sistem pemancar televisi digital di dunia, yaitu televisi digital (DTV) di Amerika, penyiaran video digital terestrial (DVB-T) di Eropa, dan layanan penyiaran digital terestrial terintegrasi (ISDB-T) di Jepang. Pengembangan televisi digital dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni : Perubahan lingkungan eksternal, Pasar televisi analog yang sudah jenuh, Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel, Perkembangan teknologi, Teknologi pemrosesan sinyal digital, Teknologi transmisi digital, Teknologi semikonduktor, Teknologi peralatan yang beresolusi tinggi.

PENGERTIAN SIARAN TV DIGITAL

Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. Stasiun TV memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital khususnya pada sistem perangkat studio untuk memproduksi program, mengedit, merekam dan menyimpan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang dimanfaatkan sebagai siaran TV-Berlangganan. Sistem transmisi digital melalui satelit ini menggunakan standar yang disebut DVB-T (Digital Video Broadcasting Satellite). DVB-T sendiri merupakan sistem yang dikembangkan oleh konsorsium bernama Proyek DVB di Eropa.
Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara Simulcast atau siaran bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.
Transisi dari pesawat televisi analog menjadi pesawat televisi digital membutuhkan penggantian perangkat pemancar televisi dan penerima siaran televisi. Agar dapat menerima penyiaran digital, diperlukan pesawat TV digital. Namun, jika ingin tetap menggunakan pesawat televisi analog, penyiaran digital dapat ditangkap dengan alat tambahan yang disebut kotak konverter (Set Top Box). Ketika menggunakan pesawat televisi analog, sinyal penyiaran digital akan dirubah oleh kotak konverter menjadi sinyal analog. Dengan demikian pengguna pesawat televisi analog tetap dapat menikmati siaran televisi digital. Pengguna televisi analog tetap dapat menggunakan siaran analog dan secara perlahan-lahan beralih ke teknologi siaran digital tanpa terputus layanan siaran yang digunakan selama ini.
TV Digital memiliki hasil siaran dengan kualitas gambar dan warna yang jauh lebih baik dari yang dihasilkan televisi analog. Sistem televisi digital menghasilkan pengiriman gambar yang jernih dan stabil meski alat penerima siaran berada dalam kondisi bergerak dengan kecepatan tinggi. TV Digital memiliki kualitas siaran berakurasi dan resolusi tinggi. Teknologi digital memerlukan kanal siaran dengan laju sangat tinggi mencapai Mbps untuk pengiriman informasi berkualitas tinggi.
TV Digital digunakan untuk siaran interaktif. Masyarakat dapat membandingkan keunggulan kualitas siaran digital dengan siaran analog serta dapat berinteraksi dengan TV Digital. Teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan interaktif dimana TV Digital memiliki layanan komunikasi dua arah layaknya internet. Siaran televisi digital terestrial dapat diterima oleh sistem penerimaan televisi tidak bergerak maupun sistem penerimaan televisi bergerak. Kebutuhan daya pancar televisi digital yang lebih kecil menyebabkan siaran dapat diterima dengan baik meski alat penerima siaran bergerak dalam kecepatan tinggi seperti di dalam mobil dan kereta.
TV Digital memungkinkan penyiaran saluran dan layanan yang lebih banyak daripada televisi analog. Penyelenggara siaran dapat menyiarkan program mereka secara digital dan memberi kesempatan terhadap peluang bisnis pertelevisian dengan konten yang lebih kreatif, menarik, dan bervariasi.

PERBEDAAN TV DIGITAL DENGAN TV ANALOG

Teknologi Analog : Merupakan proses pengiriman sinyal dalam bentuk gelombang. Sinyal analog bekerja dengan mentransmisikan suara dan gambar dalam bentuk gelombang kontinu. Misalnya ketika seseorang berkomunikasi dengan menggunakan telepon, maka suara yang dikirim melalui jaringan telepon tersebut dilewatkan melalui gelombang. Dan kemudian, ketika gelombang ini diterima, maka gelombang tersebutlah yang diterjemahkan kembali ke dalam bentuk suara, sehingga si penerima dapat mendengarkan apa yang disampaikan oleh pembicara lainnya dari komunikasi tersebut. Sinyal analog merupakan pemanfaatan gelombang elektromagnetik. Proses pengiriman suara, misalnya pada teknologi telepon, dilewatkan melalui gelobang elektromagnetik ini, yang bersifat variable dan berkelanjutan.
Teknologi Digital : Merupakan hasil teknologi yang dapat mengubah signal menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (juga dengan biner) untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Signal tersebut disebut sebuah bit. Signal digital ini memiliki berbagai keistimewaan yang unik yang tidak dapat ditemukan pada teknologi analog yaitu :
Mampu mengirimkan informasi dengan kecepatan cahaya yang dapat membuat informasi dapat dikirim dengan kecepatan tinggi, Penggunaan yang berulang – ulang terhadap informasi tidak mempengaruhi kualitas dan kuantitas informsi itu sendiri, Informasi dapat dengan mudah diproses dan dimodifikasi ke dalam berbagai bentuk, Dapat memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar dan mengirimnya secara interaktif.

Perbedaan TV Digital dan TV Analog hanyalah perbedaan pada sistim tranmisi pancarannya, TV kebanyakan di Indonesia, masih menggunakan sistim analog dengan cara memodulasikannya langsung pada Frekwensi Carrier. Sedangkan pada pada sistim digital, data gambar atau suara dikodekan dalam mode digital (diskret) baru di pancarkan. Sebagai ilustrasi, Jika 'dahulu' kita menonton film lewat VCR, Video yang pakai pita, itu adalah analog, tapi kita sekarang dalam format digital MPEG, atau kalau kalau kita mendengarkan musik dengan pita kaset, itu adalah Analog, tapi jika kita mendengarkan MP3, itu adalah Digital.
Secara struktur, saluran tv analaog menggunakan gelombang UHF yang hanya mampu digunakan paling banyak oleh 14 channel saluran pemancar tv, sementara tv digital, setiap satu channel yang lebarnya 7-8 MHz bisa digunakan 6 program siaran tv. Kelebihan lainnya, dapat digunakan sebagai jalur internet broadband. Yang terakhir, dengan tv digital kita tak perlu lagi mengatur secara manual antena untuk mendapatkan siaran gambar yang bagus.
Seorang awam membedakannya adalah dengan mudah, Jika TV analog signalnya lemah (semisal problem pada antena) maka gambar yang diterima akan banyak 'semut' tetapi jika TV Digital yang terjadi adalah bukan 'semut' melainkan gambar yang lengket seperti kalau kita menonton VCD yang rusak. kualitas Digital jadi lebih bagus, karena dengan Format digital banya hal dipermudah. Seperti kalau dulu CD-A (CD audio analog) atau laser disk jadul satu keping hanya mampu memutar lagu selama 60 menit atau sekitar 6 lagu, maka dengan mode digital sekarang pada CD yang sama bisa disimpan lagu digital format MP3 hingga ratusan lagu. kalau pada TV analog satu pemancar dengan pemancar lainnya harus dengan frekwensi berbeda, maka dengan mode Digital, satu frekwensi bisa memancarkan banyak siaran TV.

DAMPAK GLOBAL PENYIARAN TV DIGITAL

Dampak Positif
Banyak manfaat yang dapat diperoleh masyarakat dengan beralih ke penyiaran TV digital antara lain:
• Kualitas gambar yang lebih halus dan tajam,
• Pengurangan terhadap efek noise,
• Kemudahan untuk recovery pada penerima dengan error correction code, serta
• mengurangi efek dopler jika menerima siaran tv dalam kondisi bergerak (misalnya di mobil, bus, maupun kereta api).
• Selain itu sinyal digital dapat menampung program siaran dalam satu paket, dikarenakan pemakaian bandwidth pada tv digital tidak sebesar tv analog.

Dampak Negatif
Disamping banyak hal yang bermanfaat, tentunya kendala yang akan dihadapi dalam migrasi ke siaran TV digital pun juga semakin banyak seperti:
• Regulasi bidang penyiaran yang harus diperbaiki,
• Standardisasi yang harus segera ditentukan baik untuk perangkat dan teknologi yang akan digunakan,
• Industri pendukung yang harus segera disiapkan baik perangkat maupun kontennya.
• Jika kanal TV digital ini diberikan secara sembarangan kepada pendatang baru, selain penyelenggara TV siaran digital terrestrial harus membangun sendiri infrastruktur dari nol, maka kesempatan bagi penyelenggara TV analog eksisting seperti TVRI, 5 TV swasta eksisting dan 5 penyelenggara TV baru untuk berubah menjadi TV digital di kemudian hari akan tertutup karena kanal frekuensinya sudah habis.

PROSPEK MASA DEPAN PENYIARAN TV DI INDONESIA

Migrasi analog ke digital adalah masa transisi sebelum tibanya masa fully digital. Proses migrasi yang mulus menuju era TV digital melibatkan beberapa pihak. Di sisi operator, selain dipasang pemancar digital, operator sebaiknya tetap mengoperasikan siaran TV analog-nya hingga beberapa waktu (tahun) ke depan untuk melayani pemirsa yang belum memiliki penerima digital. Perubahan cepat teknologi penyiaran, terutama peralihan dari cara-cara pemrosesan dan transmisi secara analog ke digital, telah mentrasformasi landskap penyiaran di berbagai negara. Lanskap penyiaran Indonesia di masa depan menimbulkan pertanyaan bagaimana misalnya aspek ekonomi karena tuntutan revolusi teknologi penyiaran.
Perubahan teknologi penyiaran harus kita bayar mahal. Migrasi dari analog ke digital membutuhkan biaya besar, baik bagi para operator untuk memperoleh dan membangun infrastruktur penyiaran yang baru (peralatan transmisi, studio, cara pembuatan program baru), dan konsumen (membeli pesawat televisi baru dan set-top boks).
Dilihat dari sisi perusahaan, tentu saja perubahan ke digitalisasi penyiaran akan menjadi bisnis besar karena permintaan hardware penyiaran yang begitu tinggi. Dilihat dari sisi konsumen, bagi mereka yang berpenghasilan besar tentu saja mereka mampu membeli perubahan teknologi ini karena mereka akan memperoleh kenikmatan dan kenyamanan baru. Namun bagi konsumen kecil, perubahan teknologi penyiaran harus mereka bayar mahal, terutama dikaitkan dengan penggantian pesawat televisi dan pembelian set-top boks. Meski pesawat televisi lama masih mampu menangkap sistem digital, namun berangsur-angsur mereka akan terpaksa membeli pesawat penerima televisi yang baru bila akan memperoleh kualitas siaran yang prima.
Apabila persoalan biaya ini tidak dibahas secara terbuka, maka akan ada biaya politik yang harus dibayar mahal kelak di kemudian hari, mengingat masyarakat akan mewarnai perdebatan di kalangan politisi terutama akan masuk wilayah regulasi. Selama ini regulasi digitalisasi penyiaran di Indonesia hanya diatur lewat Peraturan Pemerintah, belum oleh Undang-Undang, sehingga kekuatan legalitasnya masih terbatas. Seolah-olah urusan digitaliasi penyiaran hanya milik Departemen Kominfo, bukan milik negara dimana parlemen dan pemerintah harus sepakat tentang kebijakan publik di bidang penyiaran.
Di sisi industri, produksi penerima TV analog harus segera dihentikan agar yang beredar di toko adalah yang sudah digital. Adapun untuk pemirsa yang ingin menikmati TV digital, tapi belum mau membeli TV baru (digital), harus disediakan konverter digital ke analog yang disebut set-top box (STB) hingga beberapa waktu (tahun) ke depan. Di sisi pemirsa, mereka yang mampu dan sudah masanya mengganti TV disarankan untuk membeli TV dengan tuner digital. Yang belum mau mengganti disarankan membeli STB. Yang belum mau keduanya tetap bisa menikmati siaran TV analog seperti biasa hingga waktu migrasi berakhir, yang dijadwalkan pada tahun 2018.
Di sisi pemerintah sebagai regulator, dalam hal ini Departemen Komunikasi dan Informatika, diharapkan menyiapkan semua instrumen regulasi terkait alokasi kanal, aturan layanan, aturan konten, dan sejenisnya. Sementara Departemen Perindustrian diharapkan telah menjadwalkan kapan pabrik harus berhenti memproduksi TV analog, kapan memproduksi TV digital dan STB, dan seterusnya. Sementara Departemen Perdagangan mengupayakan bagaimana cara agar barang-barang itu diproduksi di dalam negeri, misalnya menjamin impor chip dan material yang diperlukan dan membantu pengusaha untuk mendapat lisensi produksi TV digital.
Namun demikian kita perlu belajar dari keberhasilan dan kegagalan beberapa negara dalam melakukan migrasi dari sistem analog ke sistem digital,agar kita tidak masuk dalam “lubang” perangkap bisnis penyiaran global. Barangkali lembaga penyiaran swasta bermodal kuat siap untuk bermigrasi, bahkan lembaga penyiaran berlangganan di Indonesia telah ber-migrasi ke digital, namun bagaimana kemampuan lembaga penyiaran swasta lokal, lembaga penyiaran public dan lembaga penyiaran komunitas untuk bermigrasi.
Dengan pemisahan ini maka masing-masing bisa lebih terkonsentrasi pada bidang bisnisnya sendiri sehingga masyarakat pemirsa TV akan memperoleh kualitas pelayanan yang lebih beragam dan tentunya lebih baik. Pada sistem penyiaran TV Digital dimungkinkan munculnya jasa-jasa layanan baru seperti informasi-informasi laporan lalu lintas, ramalan cuaca, berita, olahraga, pendidikan, bursa saham, kesehatan dan informasi-informasi layanan masyarakat lainnya. Para penyedia content hanya terkonsentrasi pada isi program saja dan tidak perlu mengurus penyiapan infrastruktur jaringan dan pengoperasiannya. Penyedia content hanya membayar sewa jaringan transmisi saja atau bisa dijual kepada content distributor
Bila keempat pihak di atas berjalan serempak, ke depan, proses migrasi menuju era TV digital akan berjalan dengan mulus. Dan tentunya dengan adanya digitalisasi prospek perkembangan pengetahuan masa depan akan cerah bagi Indonesia khususnya, meskipun dampak positif maupun dampak negative akan tetap ada.

DAMPAK YANG TIMBUL AKIBAT SISTEM SIARAN DIGITAL DI INDONESIA

Di sisi teknologi jelas terdapat perubahan yang signifikan, yaitu ketahanan sinyal terhadap efek interferensi, derau dan fading dan kemudahannya untuk dilakukan proses identifikasi dan perbaikan (correction) terhadap sinyal yang rusak akibat proses pengiriman / transmisi. Sehingga di era TV digital ini, masyarakat akan memperoleh digital deviden berupa gambar dan suara yang lebih stabil, halus dan resolusi lebih tajam. Tidak akan ditemui lagi gambar yang bergoyang, berbintik, gambar ganda, warna hilang, suara noise di speaker, dll yang membuat tidak nyaman pemirsa dalam menikmati siaran TV. Disamping itu akan diperoleh efisiensi di banyak hal antara lain efisiensi dalam Network Transmission, efisiensi Transmission Power dan Consumption Power. Efisiensi consumtion power inilah yang secara tidak langsung akan berdampak luas bagi efisiensi konsumsi listrik nasional.

Adanya perubahan model bisnis di era TV Digital ini memungkinkan dilakukannya efisiensi penggunaan infrastruktur misalnya penggunaan tower bersama, yang dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan masyarakat dengan dihilangkannya “hutan tower” yang saat ini terjadi. Dalam penyiaran digital akan dipisahkan antara penyelenggara atau penyedia konten (content provider) dan penyelenggara jaringan (network provider), yang dapat membuka peluang bagi masyarakat untuk ikut menikmati kue bisnis penyedia konten TV dan program-program tambahan lainnya seperti citizen journalism video report, traffic report, disaster report dll.

Digitalisasi sinyal telah memungkinkan kompresi konten siaran ke dalam spectrum frekuensi yang tersedia. Kelangkaan spectrum tidak lagi merupakan hambatan bagi operator baru masuk pasar penyiaran. Digitalisasi juga memungkinkan karakteristik-karakteristik konten siaran yang menjadi perhatian penonton televisi - seperti kualitas gambar dan suara, ketepatan waktu, kaya tampilan multimedia - tergantung pada platform (satelit, kabel, terrestrial, computer) yang mentransmisikan konten siaran. Konten siaran yang ditransmisikan lewat platform satelit akan bersaing dengan operator penyiaran platform kabel. Konten siaran yang sama dapat ditransmisikan ke pesawat penerima televisi, ke computer, dan berangsur-angsur ke telepon genggam. Situs internet mampu menyediakan konten multi-media yang berangsur-angsur akan serupa dengan konten siaran yang disediakan oleh penyiaran tradisional (radio dan televisi), dan bahkan banyak operator menggunakan situswebnya sebagai portal mereka untuk menarik penonton dan memberikan mereka tambahan sumber-sumber informasi lain. Beberapa dampak lain dari digitalisasi di Indonesia adalah sebagai berikut :

 Pemrosesan dan transformasi konten oleh konsumen atau pengguna akhir menjadi lebih canggih lagi karena computer dan macam-macam piranti pemrosesan digital (DVD recorders) menjadi tersedia lebih luas bagi rumahtangga. Hal ini berarti meng-copy menjadi lebih mudah, sehingga membangkitkan isu tentang pembajakan.

 Mengecilnya biaya komputerisasi dan bentuk-bentuk lain pengolahan informasi dan biaya-biaya operasional teknik pembuatan program karena tersedia peralatan murah untuk mengambil dan memanipulasi suara dan gambar. Namun hal ini tidak serta merta menurunkan biaya total pembuatan program, karena masih banyak pos anggaran biaya lain yang akan meningkat, apabila akan menghasilkan kualitas program yang prima.


 Terjadinya migrasi dari era penyiaran analog menuju era penyiaran digital, yang memiliki konsekuensi tersedianya saluran siaran yang lebih banyak, akan membuka peluang lebih luas bagi para pelaku penyiaran dalam menjalankan fungsinya dan dapat memberikan peluang lebih banyak bagi masyarakat luas untuk terlibat dalam industri penyiaran ini.

 Momentum penyiaran digital dapat membuka peluang yang lebih banyak bagi masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya. Peluang usaha di bidang rumah produksi, pembuatan aplikasi-aplikasi audio, video dan multimedia, industri senetron, film, hiburan, komedi dan sejenisnya menjadi potensi baru untuk menghidupkan ekonomi masyarakat. Televisi di Indonesia telah menjadi alat penting baik untuk hiburan maupun untuk mendapatkan informasi. Baik televisi digital maupun analog dalam penyiarannya memiliki kesamaan yaitu memiliki dampak psikologis terhadap penontonnya. Dengan frekuensi menonton yang tinggi dan kualitas tontonan yang rendah akan berdampak buruk baik pada orang dewasa maupun pada pada anak – anak.


 Dampak televisi bagi orang dewasa adalah TV merupakan salah satu media instan untuk mendapatkan informasi. Sedangkan bagi anak-anak, TV bisa jadi teman setianya di rumah selama ditinggal orang tuanya. Itulah sebabnya stasiun TV kemudian memasukkan acara anak-anak dalam program mereka.
 Dampak yang lain adalah tidak adanya interaksi langsung terhadap sekitar karena terlalu asyik menonton TV sehingga anak menjadi anti sosial atau autis. Pada anak usia 0-3 tahun, terlalu sering menonton TV dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman, juga menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan.

 Dampak yang membuat erosi budaya lokal. Kehadiran global media ini menyebabkan terdesaknya budaya setempat. Dengan banjir film, video, lagu, musik dan buku, maka perlahan-lahan budaya lokal mengalami erosi. Otot ekonomi dari global media ini sedemikian besarnya sehingga penetrasinya bisa sampai ke pedalaman. Era telekomunikasi global sekarang semakin mempercepat perhatian terhadap budaya lokal ini terkurangi

Disusun oleh :
Dewi Kurniawati (153080192)
0

KOMODITAS BERITA

Televisi sebagai media dari budaya popular menghasilkan berbagai macam program yang dapat disaksikan oleh semua kalangan di dunia pada umumnya. Program-program tersebut sangat variatif, dimulai dari acara yang edukatif seperti berita, talk show tentang politik, keagamaan, hingga yang menghibur seperti film, sinetron maupun olah raga. Program-program tersebut selalu berkembang sesuai kebutuhan zamannya sehingga banyak bermunculan tayangan-tayangan baru yang membuat acara televisi semakin beragam. Salah satunya adalah berita, produk ini bisa dikatakan sebagai komoditas yang tidak ada matinya, sehingga beberapa tv swasta seperti TV one, Metro TV memilih berita sebagai produk utama mereka.
Semua permasalahan di negeri ini bisa menjadi sebuah rupiah, tidak ada kecuali. Mulai dari Musibah, Bencana, Kriminalitas, Dinamika politik, Ekonomi, Budaya, Agama, Olahraga, Masalah pribadi seseorang, Kuliner, Hobby hingga masalah pribadi public figure. Dan berita yang berseri seperti bank century, cicak vs buaya, 100 hari SBY seakan tidak berujung karena berita tersebut disorot terus menerus dari berbagai aspek.
Bila dikaitkan dalam kebijakan media level mikro hingga meso dan dalam konteks komodifikasi maka uraiannya sebagai berikut :
Level mikro yakni level yang mengandung atau berkaitan dengan isi atau produk media itu sendiri. Berita dalam level mikro berisi tentang isu-isu yang berkembang dalam masyarakat, untuk moment atau kasusu tertentu sering kali terjadi repitisi, beritayang bertujuan sebagai sumber informasi seringkali juga bersifat provokatif dan tidak sedikit yang bersifat tendensius yakni memiliki tujuan-tujuan tertentu dari kepentingan perorangan atau golongan.
Dalam level meso tujuan sebuah media menanyangkan berita tidak lain untuk meraih keuntungan, selain mencari simpati publik dan berharap menjadi media yang berguna di mata msyarakat. Untuk stasiun televisi tertentu berita menjadi komoditas utama, dengan tujuan berita tersebut dapat menjadi trade bagi satasiun tersebut.
Level meso dalam komoditas berita yakni khalayak dan rating berita yang diakumulasi dan ternyata berita memang memiliki rating yang cukup tinggi. Berita juga dapat menjadi wadah dalam komunikasi politik maupun non politik bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
0

KOMODIFIKASI

Review: ekonomi politik media merupakan kegiatan media dalam menjalankan fungsi-fungsi ekonomi serta politiknya, dengan kata lain media sebagai instansi ekonomi juga instansi politik. Merujuk dari pendapat Mosco, ekonomi politik merupakan hubungan kekuasaan (politik) dalam sumber-sumber ekonomi yang ada di masyarakat. Namun demikian bila dikaitkan dengan media, maka ada 3 konsep yang harus dipahami, yakni : Komodifikasi, Spasialisasi dan Strukturisasi.

Komodifikasi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan barang dagangan atau dengan kata lain merubah sesuatu yang bernilai guna menjadi nilai tukar(uang). Jika dihubungkan dengan aktifitas media maka komodifikasi merupakan upaya untuk menjadikan segala sesuatunya(barang dagangan) untuk meraup keuntungan. Tentunya konteks barang dagangan disini, segala hal yang terkait dengan isi media, yakni : Isi media(seperti program-program acara dari berbagai dimensi), Audience/pemirsanya(yakni sebagai komoditas yang menaikkan rating, sehingga rating tersebut yang akan mengundang para pengiklan), Iklan(jelas merupakan sumber keuntungan terbesar bagi media, karenanya semua aspek pendukung dikerahkan untuk memperoleh keuntungan dari pengiklan)

Pemahaman : Fenomena yang terjadi pada dunia media kita saat ini adalah segala macam bentuk atau konten media selalu dikomodifikasikan. Salah satu contoh proses komodifikasi di media televisi adalah dari pola konsumsi media massa yang juga dibentuk oleh kerjasama“pengusaha” media dan pengusaha lain. Tayangan Akademi Fantasi Indosiar (AFI) , Indonesian Idol, Kawasan Dangdut Indonesia (KDI) dan bermacam-macam kuis interaktif televise lainnya merupakan “hasil kerja sama” antara pengusaha media televisi dan pengusaha jaringan selular. Karena tujuan usaha mereka adalah mendatangkan profit, maka isi siaran media massa digunakan untuk menciptakan “pasar” bagi perusahaan jaringan selular melalui penggunaan Short Message Service (SMS). Dengan kata lain dalam proses ini, audience kembali dijual untuk meraup keuntungan.

Namun di Negara maju khalayak memiliki kekuatan besar yakni dapat menekan atau memboikot suatu program atau iklan yang ditampilkan di media massa. Dengan demikian khalayak tidak semena-mena dapat ‘dijual’ oleh media. Seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga di Jepang yang tidak mau pola makan anaknya dikendalikan pengusaha Mc Donald. Mereka melakukan demo di outlet-outlet McDonald untuk memprotes iklan McDonald di televise yang memberikan hadiah bila membeli ‘paket’ makanan dan minuman tertentu di outlet Mc Donald. Karena selain pola konsumsi media yang dikendalikan oleh pengusaha media, pola konsumsi masyarakat di bidang-bidang lain juga dikendalikan oleh media, misalnya: Pola konsumsi Hand Phone atau Fast Food.

Asumsi mengapa proses komodifikasi begitu mengakar pada media karena, media hanya dapat dimiliki oleh pemilik modal kuat atau dengan kata lain untuk mendirikan sebuah media diperlukan biaya yang sangat besar sehingga bila kebutuhan modal terpenuhi maka pemulihan keuntungan akan dilakukan sebesar-besarnya, hal tersebut juga dikarenakan adanya persaingan media.

0

EKONOMI POLITIK MEDIA

Media massa adalah kelas yang mengatur, menurut premis teori Marxis. Mengatur disisni bermakna media tidak saja memiliki dan menjalankan fungsi sosial dan ekonomi, tetapi media juga menjalankan fungsi ideologis.

            Fungsi sosial media adalah memberikan informasi dan fakta kepada publik, juga menjadi fasilitas komunikasi antar perorangan maupun lembaga, dimana di dalam kegiatan tersebut juga terdapat fungsi ekonomi, yakni meraih keuntungan sebesar-besarnya. Namun demikian sebuah media, baik cetak atau elektronik memiliki ideologi tersendiri, konteks ideologi disini adalah sebuah titik tolak media dalam menjalankan fungsi-fungsinya tersebut.

            Sebuah media bisa saja pro atau kontra dengan sebuah lembaga atau perorangan, bisa dengan latar belakang ekonomi maupun politik. Ekonomi politik media, seperti yang telah strukturkan sebelumnya merupakan kegiatan ekonomi dan kegiatan politik sebuah media, dimana sebuah media dapat menjadi sebuah instansi bisnis dan juga instansi politik.

Analisa ekonomi politik media penyiaran :

Secara umum media massa selain menjadi media pengiklan atau penghasil surplus ekonomi, juga sebagai media yang menyebarkan atau memperkuat struktur ekonomi serta politik tertentu.Ada kaitan kondisi ekonomi politik suatu Negara dengan praktik pemberitaan meskipun dipengaruhi pula oleh kondisi ekonomi politik global.

Yang menjadi isu dalam komunikasi modern adalah kepemilikan serrta praktik media terkonsentrasi pada kelompok atau golongan bisnis besar. Di satu sisi kepentingan-kepentingan politik tersebut menghasilkan laba namun tidak selaras dengan fungsi social media sebagai ruang public.

Sebagai contoh adalah kasus:

Dari hasil pantauan AJI(Aliansi Jurnalis Independen), pemberitaan media pada proses pemilu 1997 berpihak pada pemerintah yaitu dengan adanya diskriminasi waktu oleh media elektronik. ANTV memberikan 5,58 menit untuk pemberitaan partai golkar dan tidak semenitpun untuk partai lain, RCTI memberikan 9,29 menit untuk Golkar dan 3 menit untuk kedua partai lain, TVRI memberikan 1 jam untuk partai Golkar dan 5 menit untuk kedua partai lain.

DEWI KURNIAWATI (153080192)

0

Perkembangan Teknologi Komunikasi Interpersonal & Nirmassa

Perkembangan Teknologi Komunikasi Interpersonal & Nirmassa

Perkembangan media isyarat
Isyarat sebagai media pertama yang dimiliki oleh manusia samapai saat ini tetap digunakan sebagai media komunikasi, bahkan beberapa isyarat merupakan bahasa alami manusia sebagai ekspresi dan pengejawantahan kondisi psikologis manusia. Umumnya media isyarat menggunakan dua alat yaitu bagian tubuh manusia atau alat lain sebagai alat bantu diluar bagian tubuh manusia seperti bendera, asap, tongkat dan sebagainya.

Media Isyarat asap dan api
Pada awalnya penggunaan isyarat diciptakan pada jaman Yunani masa pemerintahan raja Darius I (522 –486 SM) ketika mengalami kesulitan dalam pengiriman pesan berita kepada
propinsi-propinsi di bawah kekuasaannya yang tersebar dari sungai Indus hingga Danube. Isyarat yang digunakan adalah dengan menyuruh orang berdiri di ketinggian dan menyalakan api. Melalui asap yang ditimbulkan tercipta beberapa pesan yang diterima 30 kali lebih cepat daripada menggunakan kurir yang berlari secara marathon. Cara yang sama juga dilakukan oleh bangsa Gaul (Viking) pada jaman Julius Caesar dan bangsa Indian di Amerika. Media isyarat api ini hanya bisa digunakan dalam kondisi cerah tidak hujan. Yang bisa mengartikan hanyalah orang-orang yang berada pada kelompok pengguna isyarat tersebut. Media
isyarat asap hanya efektif digunakan untuyk mengirim pesan-pesan singkat.

Media isyarat semaphore
Semaphore adalah cara berkomunikasi melalui isyarat 2 bendera ditangan dengan cara menggerakkannya dengan berbagai variasi posisi-posisi tertentu yang memiliki arti huruf, angka dan isyarat khusus. Perkembangan semaphore juga muncul pada masa Yunani dan Romawi. Ketika ditemukannya telescope pada tahun 1600, semamphore mampu mengirim pesan lebih jauh lagi dengan cara sistem berantai. Media semaphore mampu digunakan dalam kondisi cuaca cerah. Pesan efektif yang dikirimkan relatif hanyalah pesan singkat dan mudah dipahami karena pesan dapat diulang dengan standard pesan yang sama. Secara internasional isyarat semaphore memiliki kesamaan variasi posisi yang berarti sama dalam arti dan makna Jika peralatan elektronik tidak dapat digunakan, dalam kondisi survive semaphore digunakan untuk mengirim pesan dari jarak jauh. Pada saat ini media semaphore masih digunakan oleh kalangan dinas angkatan laut dan kegiatan kepanduan.

Perkembangan media telegraf
Telegraf dalam bahasa Yunani memiliki arti sebagai menulis dari jauh. Dengan demikian pengertian dari telegraf adalah sistem komunikasi yang menggunakan transmisi signal yang memiliki arti huruf, angka dan tanda baca. Telegraf adalah media telekomunikasi pertama yang ditemukan di dunia ini. Penemuan telegraf merupakan invensi dari penemuan sebelumnya yang dilakukan oleh ALESSANDRO VOLTA dan ANDRE’ MARIE
AMPERE yang menemukan arus listrik lemah. Sebelum kode morse ditemukan oleh ditemukan oleh SAMUEL FINLEY BREESE MORSE (1791-1872). Pada tahun 1794 seorang insinyur Perancis membuat menara setinggi 5 – 10 meter . Pada menara tersebut terdapat dua tuas besi yang bila di pertemukan akan menghasilkan percikan listrik. Percikan inilah digunakan sebagai isyarat dalam berkomunikasi. Kemampuan yang dimiliki Chappe’s semaphore dapat mengirim
pesan dalam 2 menit dengan jarak 230 km dari Lille ke Paris. Jarak interval masing-masing
menara berkisar 8 hingga 16 km.

Pada tahun 1832 sepulang dari Inggris Samul Morse memiliki ide untuk membuat mesin sebagai penyempurnaan chappe semaphore. Ia percaya bahwa percikan listrik mampu membawa signal-signal listrik. Percikan listrik tersebut di rubahnya dalam bentuk kode sederhana dengan menggunakan simbol titik dan garis yang direkam dalam kertas digerakan sistem elektromagnetik. Pada tahap awal Morse hanya bisa menyampaikan pesan sejauh 32 km atau 20 mil percoban ini dianggap sebagai embrio lahirnya mesin telegraf

Sebagai media pesan media telegraf adalah media yang efektif dalam penyampaian pesan jarak jauh, namun yang bisa mengirim dan menerima pesan tersebut hanyalah orangorang yang paham dan hapal kode morse. Jika untuk keperluan inteligence atau peperangan maka kode morse ini bisa digunakan agar pesan rahasia tetap terjaga.
Pada saat sebelum telegraf di temukan dan mesin telephone belum memasyarakat maka telegraf menjadi primadona untuk menyampaikan pesan jarak jauh. Umumnya telegram diperlakukan sebagai sesuatu yang istimewa karena umumnya pula telegram selalu berisi pesan penting. Perkembangan selanjutnya kemajuan teknologi telegraf melahirkan
berbagai media baru seperti :
a. Teleprinting fungsi kerjanya sama dengan telegraf hanya pesan yang diterima
dalam bentuk kata bukan kode atau tanda. Pengirimannyapun juga
menggunakaan keyboard huruf bukan menggunakan tombol penghasil bunyi.
b. facsimile adalah telegraf generasi otomatis yang mampu mengirim dan menerima
data serta gambar
Kini kode morse dapat diterima oleh komputer dengan cara memasukkan software
penerima kode morse (morse decoder). Adapun kode yang dihasilkan serta tampilan
sotwarenya bentuknya adalah sebagai berikut :

Perkembangan media telepon
Telepon adalah instrumen yang dapat mengirim dan menerima pesan suara dan data melalui tenaga elektrik. Telepon merupakan alat telekomunikasi ke dua setelah telegraf, dan penggunaannnya hanya beisi pesan. Umumnya telepon digunakan untuk melakukan komunikasi biasa, bisnis serta keperluan emergency seperti gangguan keamanan ( kode 911).
Saat ini telephone juga dimanfaatkan untuk keperluanmelakukan dial up untuk akses
internet ditambah modem. Secara kronologis telepon ditemukan oleh Alexander Graham Bell (1847 – 1922) secara tidak sengaja. Ia sebenarnya melakukan percobaan pembuatan mesin telegraf yang dibantu oleh assistennya Thomas Watson yang berada di tempat lain. Ketika ia berbicara tanpa sengaja suaranya di dengar oleh Watson. Kejadian ini terjadi pada ttahun 1875. Konstruksi pertama pesawat telepon yang dibuat adalah sangat sederhana yaitu kotak yang terdiri dari kabel koil, magnet dan membran. Suara yang diterima pada medan magnegtic akan digetarkan dan digaungkan oleh membran sehingga bisa ditransmisikan.
Baru pada tahun 1876 prototype disempurnakan oleh Bell dengan design mirip mikropon seperti sekarang ini yang terdiri dari kabel pendenggar suara dan moncong untuk berbicara.

Teknis media telephone
Basic teknis media telepon adalah terdiri dari transmiter yang mengirimkan suara, receiver yang menerima suara, bebeberapa tombol nomor untuk melakukan dial, nada ring atau
alarm serta beberapa sirkuit elektronis yang disebut sebagai antisidetone.

Telephone dan facsimile
Perkembangan terakhir dari tenologi telepon kabel adalah digabungkannya teknologi teleepon dengan mesin facsimile. Ara kerja dari facsimile ini adalah meng-scan dokumen yang akan dikirim dalam bentuk elektrik impulse. Elektrik impulse ini kemudian melewati jaringan kabel telepon yang diterima oleh pesawat penerima dan dirubah kembali dalam bentuk tulisan, gambr atau bentuk lainnya..

Pengertian Facsimile
Sudut pandang ilmu komunikasi memberi batasan bahwa facsimile adalah media komunikasi untuk mengirim, menerima dan mengcopy dokumen. Standard kerja dari facsimile seperti kombinasi telephone dan mesin foto copy. Setelah dokumen di scan oleh optical scanner dalam mesin fax.

Setelah terekam maka maka dokumen tersebut berubah menjadi photoelectric cell yang dirubah menjadi elektric impulse yang dikirim melalui kabel telephone dan diterima oleh mesin fax penerima.

Sistem kerja komunikasi menggunakan telepon
Untuk menyampaikan pesan melalui media telepon maka akan melibatkan banyak hardware yang digunakan meliputi handset, stasiun kontrol pusat, kabel perantara hingga
handset yang dituju. Namun secara sederhana cara kerja sistem komunikasi telepon adalah
sebagai berikut :
Handset terdiri dari 2 bagian utama yaitu untuk mengirimkan pesan ( bagian mulut ) dan bagian untuk menerima signal atau pesan ( bagian telinga ). Bila suara diucapkan maka gelombang suara akan ditransmisikan diaphragma yang ada dalam handset ( kotak telepon ).
Setelah itu gelombang suara disalurkan ke jaringan kawat atau kabel yang dikontrol oleh stasiun kontrol pusat, dan pada akhirnya diterima oleh hand set receiver.
Sistem kerja telepon secara sederhana dapat dilihat dalam gambar berikut :
Seperti dilihat ada tiga bagian penting dalam sistem kerja telepon :
• Switch alat untuk menyambung dan memutuskan koneksi ke jaringan telepont.
• Speaker alat untuk mendengarkan suara dari pesan yang datang
• Microphone Bagian yang mengirimkan pesan dalam bentuk gelombang suara

Koneksi yang terjadi dalam komunikasi dua arah melalui telepon sesungguhnya merupakan bagian kecil dari jaringan telepon yang ada di dunia ini. Telepon senyatanya merupakan media “network” atau jaringan yang bersifat personal.

Perkembangan cordless Telephone
Cordless telephone saat ini bukan lagi menjadi temuan atau barang mutakhir namun penggunaannnya mampu memberikan solusi bagi pengguna yang tidak memiliki jaringan telephone sekitarnya. Cordless telephone adalah telephone yang bekerja tanpa kabel sehingga memberikan kebebasan pada pengguna untuk bergerak tanpa harus terpaku di tempat pesawat telephone.
Kelebihan yang ke dua cordless telephone ini dapat digunakan untuk berbicara dengan lebih dari satu pesawat telephone, paling banyak adalah sepuluh pesawat telephone. Namun kerugiaanya karena sistem kerjanya tanpa kabel dan menggunakan frequency radio maka banyak terdapat noise dan mudah untuk disadap atau digunakan frequencynya tanpa ijin pemiliknya Sistem komunikasi menggunakan cordless telephone adalah mirip stasiun mini radio. Pesan yang disampingkan melalui handset akan dikirim dalam bentuk signal radio dan ditransmisikan ke stasiun kontrol pusat untuk diteruskan ke nomor dial pesawat yang dituju. Jarak terjauh yang bisa dijangkau oleh layanan cordless telephone ini adalah sejauh dua hingga empat mile atau antara 3 hingga 10 kilometer.

Karaketristik media telephone (kabel dan cordless)
Media telepon memiliki karakter yang bersifat personal namun dalam taraf relatif terbatas artinya bahwa media telephone dengan sistem kabel dan cordless tidak bersifat portable sehingga belum tentu pesan yang disampaikan akan langsung diterima oleh person yang dituju. Dari segi kecepatan penyampaian pesan media telepon memiliki tingkat efisien dan efektivitas yang tinggi namun biaya yang harus dikeluarkan karena menggunakan hitungan pulsa maka media ini masih dianggap mahal dan hanya dimiliki oleh golongan menengah atas saja. Di Indonesia sendiri media telepon memiliki kendala terhadap luasnya jaringan yang dimiliki artinya masih ada daerah-daerah yang tidak tersentuh oleh jaringan telepon.

Siguiente Anterior Inicio