0

Ketika proses itu berjalan...

mungkin aku sudah terlalu banyak membuang waktu
mungkin aku juga sering melewatkan kesempatan

tak sedikit pula hal yang ku anggap sepele
bahkan banyak yang berujung pada penyesalan

tapi hari ini ku mencoba
menikmati apa yang harus ku jalani
mensyukuri apa yang telah ku miliki
membuat sesuatu menjadi lebih bermakna
tanpa kata 'putus asa'

kata-kata ini bukan apa-apa
hanya sebagai pengingat bahwa aku harus lebih berusaha
sekarang atau nanti
untukku sendiri juga untukmu...
0

JURNAL - JURNAL

1. Perceptions of Teachers’ Communicative Style and Students’ Intrinsic and Extrinsic Motivation
1. Kimberly A. Noels1,
2. Richard Clément2,
3. Luc G. Pelletier3
Article first published online: 17 DEC 2002
This study considers how students’ perceptions of their teachers’ communicative style, particularly the extent to which teachers are perceived to support students’ autonomy and to provide useful feedback about students’ learning progress, are related to students’ extrinsic and intrinsic motivational orientations. It also examines the link between these variables and various language learning outcomes, including effort, anxiety, and language competence. Students registered in a summer French immersion course (N = 78) completed a questionnaire that was used to assess the constructs described above. Correlational analyses determined that stronger feelings of intrinsic motivation were related to positive language learning outcomes, including greater motivational intensity, greater self-evaluations of competence, and a reduction in anxiety. Moreover, perceptions of the teacher’s communicative style were related to intrinsic motivation, such that the more controlling and the less informative students perceived the teacher to be, the lower students’ intrinsic motivation was. The implications of perceptions of teacher communicative style for motivation and language learning outcomes are discussed.
Persepsi 'Gaya Komunikatif dan Siswa' Guru Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Studi ini mempertimbangkan bagaimana siswa persepsi guru mereka 'gaya komunikatif, terutama sejauh mana guru yang dianggap mendukung' otonomi dan memberikan umpan balik yang berguna tentang siswa kemajuan belajar siswa, terkait dengan orientasi ekstrinsik dan intrinsik siswa motivasi. Hal ini juga meneliti hubungan antara variabel-variabel dan hasil belajar berbagai bahasa, termasuk usaha, kecemasan, dan kompetensi bahasa. Mahasiswa terdaftar dalam kursus musim panas perendaman Perancis (N = 78) menyelesaikan kuesioner yang digunakan untuk menilai konstruksi yang dijelaskan di atas. Analisis korelasional ditentukan bahwa perasaan kuat motivasi intrinsik yang terkait dengan hasil belajar bahasa yang positif, termasuk intensitas motivasi yang lebih besar, diri yang lebih besar evaluasi kompetensi, dan pengurangan dalam kecemasan. Selain itu, persepsi gaya komunikatif guru itu berkaitan dengan motivasi intrinsik, seperti bahwa semakin mengendalikan dan siswa kurang informatif dirasakan guru untuk menjadi, motivasi intrinsik siswa rendah 'itu. Implikasi dari persepsi gaya komunikatif guru untuk motivasi dan hasil belajar bahasa yang dibahas.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/0026-7902.00003/abstract

2. Within-class Relationships Between Student Achievement and Teacher Behaviors
• Jeanne Martin,
• Donald J. Veldman,
• and Linda M. Anderson
American Educational Research Journal, December 21, 1980; vol. 17, 4: pp. 479-490.
Data collected on 25 ways in which teachers interacted with first-grade students while the students participated in reading groups within intact classrooms were analyzed with class mean analyses as well as two types of within-class analyses: one that considered small groups within classes as instructional units, and one that examined effects on individual students within the small groups. The pattern of effects differed depending upon the level of the analysis. Particularly striking was the large number of statistically significant relationships that occurred only at the student-within-reading-group level. Apparently, some teacher behaviors took on different meanings for students in the context of a small group, implying that students were very much aware of and affected by their learning environment. The results demonstrate that a combination of within-class and between-class analyses provides a better understanding of the relationship of teacher-student interactions to student achievement than either set of analyses alone.
Dalam kelas Hubungan Antara Prestasi Siswa dan Perilaku Guru
Data yang dikumpulkan pada 25 cara-cara di mana guru berinteraksi dengan pertama-siswa kelas sementara siswa berpartisipasi dalam kelompok membaca dalam kelas utuh dianalisis dengan kelas berarti analisis serta dua jenis dalam kelas analisis: salah satu yang dianggap kelompok-kelompok kecil dalam kelas sebagai instruksional unit, dan satu yang diperiksa efek pada individu siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Pola efek berbeda tergantung pada tingkat analisis. Terutama mencolok adalah sejumlah besar hubungan statistik yang signifikan yang terjadi hanya pada tingkat mahasiswa-dalam-membaca-kelompok. Rupanya, beberapa perilaku guru mengambil arti yang berbeda bagi siswa dalam konteks sebuah kelompok kecil, yang menyiratkan bahwa mahasiswa sangat menyadari dan dipengaruhi oleh lingkungan belajar mereka. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi dari dalam kelas dan antara kelas analisis memberikan pemahaman lebih baik tentang hubungan guru-siswa interaksi untuk prestasi siswa dari salah set analisis saja.
http://aer.sagepub.com/content/17/4/479.abstract


3. Grade-Level Differences
Relations of Parental, Teacher and Peer Support to Academic Engagement and Achievement Among Hong Kong Students
• Jennifer Jun-Li Chen
School Psychology International, May 2008; vol. 29, 2: pp. 183-198.
Department of Early Childhood Education and Family Studies, Kean University, New Jersey, USA, jchen@kean.edu
Researchers have long been interested in understanding factors affecting student achievement. To contribute new insights to the literature, this study investigated grade-level differences in the relationships of students' perceived academic support (from parents, teachers and peers) to academic achievement directly and also indirectly through their perceived academic engagement. Questionnaire data were collected from 270 Hong Kong adolescents in Forms 3—5 (equivalent to Grades 9—11 in the United States). Structural equation modelling analyses revealed important and interesting grade-level differences in the academic support-based achievement relationships. Specifically, perceived parental support was negatively linked to academic achievement for Form 4 students, but it was positively related to academic achievement through perceived academic engagement for Form 3 students. Perceived teacher support was a significant predictor of academic achievement only for Form 3 students. Surprisingly, perceived peer support had no significant direct or indirect relationship to student achievement. These findings were interpreted from cultural, educational, socioeconomic and developmental perspectives. Suggestions for promoting particular sources of academic support for adolescents in different grade levels were discussed.

Hubungan orang tua, Guru dan Dukungan Peer to Keterlibatan Akademik dan Prestasi antara Siswa Hong Kong
Para peneliti telah lama tertarik untuk memahami faktor yang mempengaruhi prestasi siswa. Untuk berkontribusi wawasan baru untuk literatur, studi ini menyelidiki tingkat kelas perbedaan dalam hubungan dirasakan dukungan akademis siswa (dari orang tua, guru dan teman sebaya) untuk prestasi akademik secara langsung dan juga tidak langsung melalui keterlibatan dirasakan akademik mereka. Data kuesioner dikumpulkan dari 270 remaja Hong Kong pada Formulir 3-5 (setara dengan Kelas 9-11 di Amerika Serikat). Analisis pemodelan persamaan struktural mengungkapkan penting dan menarik tingkat kelas perbedaan dalam dukungan berbasis akademis hubungan prestasi. Secara khusus, dukungan orangtua dirasakan adalah negatif terkait dengan prestasi akademik untuk Formulir 4 siswa, tetapi berhubungan positif dengan prestasi akademik melalui keterlibatan akademis dirasakan untuk Formulir 3 siswa. Dukungan guru dirasakan adalah prediktor signifikan prestasi akademik hanya untuk Formulir 3 siswa. Anehnya, dukungan teman sebaya yang dirasakan tidak memiliki hubungan langsung atau tidak langsung yang signifikan terhadap prestasi siswa. Temuan ini ditafsirkan dari perspektif budaya, pendidikan, sosial ekonomi dan perkembangan. Saran untuk mempromosikan sumber-sumber dukungan khusus akademik untuk remaja di tingkat kelas yang berbeda dibahas.
http://aer.sagepub.com/content/17/4/479.abstract

4. Early Adolescents' Perspectives on Motivation and Achievement in Academics
1. Patricia O'Connell Schmakel
1. Lourdes College, Sylvania, Ohio
Urban Education, November 2008; vol. 43, 6: pp. 723-749., first published on July 21, 2008

This study, conducted in four urban schools, utilized student voice to address the relationship between early adolescent developmental needs, classroom instructional practices, and academic motivation and achievement. Results indicated effective instructional design and delivery alone may not optimize junior high students' engagement and achievement in academics. Motivational instruction constructs that emerged included effective use of classroom time, challenge, group work, and use of student resources. Motivational support constructs included teacher empathy, respectful control, and parental push. The study supported several current theoretical frameworks and findings from similar studies of sixth and eighth graders.
Remaja Awal 'Perspektif tentang Motivasi dan Prestasi di Akademisi
Penelitian ini, dilakukan di empat sekolah di perkotaan, suara dimanfaatkan siswa untuk mengatasi hubungan antara kebutuhan perkembangan remaja awal, praktek kelas instruksional, dan motivasi dan prestasi akademik. Hasil penelitian menunjukkan desain instruksional yang efektif dan pengiriman saja mungkin tidak mengoptimalkan keterlibatan siswa SMP dan prestasi di bidang akademik. Konstruksi instruksi motivasi yang muncul termasuk penggunaan efektif dari waktu kelas, tantangan, kerja kelompok, dan penggunaan sumber daya siswa. Motivasi dukungan konstruksi termasuk empati guru, kontrol hormat, dan mendorong orangtua. Penelitian ini didukung beberapa kerangka teoritis saat ini dan temuan dari penelitian serupa dari siswa kelas enam dan kedelapan.
http://uex.sagepub.com/content/43/6/723.abstract


5. Examining Teacher–Child Relationships and Achievement as Part of an Ecological Model of Development
1. Erin O’ConnorNew York University
1. Kathleen McCartney, Harvard University
2. Erin O’Connor and
3. Kathleen McCartney
American Educational Research Journal, June 2007; vol. 44, 2: pp. 340-369.
The purpose of the present study is to examine associations between quality of teacher–child relationships from preschool through third grade and children’s third-grade achievement using Phases I, II, and III data from the National Institute of Child Health and Human Development Study of Early Care and Education, a prospective study of 1,364 children from birth through sixth grade. There are three main findings. First, positive associations were found between quality of teacher–child relationships and achievement. Second, high quality teacher–child relationships buffered children from the negative effects of insecure or other maternal attachment on achievement. Third, the effect of quality of teacher–child relationships on achievement was mediated through child and teacher behaviors in the classroom. In sum, high quality teacher–child relationships fostered children’s achievement. Implications for educational practice are discussed.
Meneliti Guru-Anak Hubungan dan Prestasi sebagai Bagian dari Model Ekologi Pembangunan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara kualitas guru-anak hubungan dari prasekolah sampai kelas tiga dan ketiga kelas prestasi anak menggunakan tahap I, II, dan data III dari Institut Nasional Kesehatan Anak dan Studi Pembangunan Manusia Awal perawatan dan Pendidikan, sebuah studi prospektif 1.364 anak dari lahir sampai kelas enam. Ada tiga temuan utama. Pertama, asosiasi positif ditemukan antara kualitas guru-anak hubungan dan prestasi. Kedua, kualitas tinggi guru-anak buffered hubungan anak-anak dari efek negatif dari keterikatan ibu tidak aman atau lainnya pada prestasi. Ketiga, efek dari kualitas hubungan guru-anak pada pencapaian dimediasi melalui perilaku anak dan guru di dalam kelas. Singkatnya, tinggi kualitas guru-anak memupuk hubungan prestasi anak. Implikasi untuk praktek pendidikan yang dibahas.
http://aer.sagepub.com/content/44/2/340.abstract
0

MODEL KOMUNIKASI

MODEL KOMUNIKASI MEKANISTIS DAN MODEL KOMUNIKASI DUA ARAH
Model komunikasi adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi.
Menurut Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi adalah deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Sedangkan B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.
Sebagian ahli memaknai model sebagai penyederhanaan teori yang disajikan dalam bentuk gambar. Karena itu, hakikatnnya model adalah alat bantu. Sebagai alat bantu, model mempermudah penjelasan fenomena komunikasi dengan mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri yang dianggap penting dan menghilangkan rincian yang tidak perlu.
Karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori. Kita dapat menggunakan kata-kata, angka, simbol, dan gambar untuk melukiskan model suatu objek, teori atau proses.
Dilihat dari bentuknya, model komunikasi dasar yang akan kita bahas adalah :

Model komunikasi linear satu arah
Model komunikasi sirkuler

MODEL-MODEL KOMUNIKASI LINEAR : SATU ARAH
Model ini didasari paradigma stimulus-respons. Menurut paradigma ini, komunikan akan memberikan respons sesuai stimulus yang diterimanya. Komunikan adalah makhmuk pasif, menerima apapun yang disampaikan komunikator kepadanya. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pasif menerima pesan, pesan berlangsung searah dan relatif tanpa umpan balik, karena itu disebut linear.
Model Aristoteles
Model ini merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Bisa juga disebut sebagai model retorikal. Model ini membuat rumusan tentang model komunikasi verbal yang petama. Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya kepada khalayak dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Menurut Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipecaya oleh publik, alasan, dan juga dengan memainkan emosi publik.Tapi model ini juga memiliki banyak kelemahan. Kelamahan yang pertama adalah, komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis. Kelemahan yang kedua adalah, model ini tidak memperhitungkan komunikasi non verbal dalam mempengaruhi orang lain.
Meskipun model ini mempunyai banyak kelemahan, tapi model ini nantinya akan menjadi inspirasi bagi para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan model komunikasi modern.
Model ini mengajukan 3 unsur komunukasi utama yang disebut pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener). Model ini lebih berorientasi pada pidato. Terutama pidato untuk mempengaruhi orang lain. Selain itu terdapat unsur lain yang disebut setting yaitu suasana lingkungan yang perlu diciptakan agar komunikasi berlangsug efektif. Menurut Aristoteles, untuk berhasil dalam komunikasi public, maka terdapat 3 unsur utama yang harus diperhatikan, yaitu ethos (kredibilitas komunikator), logos (rutun logika argumentasi pesan yang anda sampaikan), pathos (kemampuan memainkan emosi).

Model Laswell
Diluncurkan pada 1948, model yang merupakan formula sederhana ini umumnya digunakan untuk mengkaji masalah komunikasi massa. Laswell sendiri menggunakan formulanya untuk menunjukkan jenis riset dalam bidang komunikasi politik dan propaganda. Karena menganggap model ini terlalu sederhana, banyak yang mengembangkan formula Laswell.
Teori komunikasi yang dianggap paling awal (1948). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who says in which channel to whom with what effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Menurut Laswell unsur-unsur dasar, walau dengan penjabaran dan interpretasi yang tidak persis sama yaitu komunikator (who), pesan (says what), saluran komunikasi ( in which channel), komunikan ( to whom), dan efek komunikasi (with what effect).
Adapun fungsi komunikasi menurut Lasswell adalah sebagai berikut :

The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan)
The correlation of the parts of society in responding to the environment (korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi lingkungan).
The transmission of the social heritage from one generation to the next (transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).


Model Braddock
Dalam hal ini Braddock menambahkan dua hal yang ada hubungannya dengan tindak komunikasi yaitu: (1) situasi ini dimana sebuah pesan dikirimkan, (2) Apa tujuan komunikator menyatakan sesuatu. (3) Apa efek yang terjadi.
Dennis McQuail dan Braddock memberikan komentar mengenai formula Lasswell sebagai berikut:

Formula Lasswell beranggapan, bahwa komunikator mempunyai keinginan mempengaruhi kemunikan
Braddock menekankan, bahwa Formula Lasswell dapat mengeliurkan peneliti komunikasi.
Formuola Lasswell dikritik karena meniadakan unsur feedback

Namun demikian, sempai kini diakui bahwa Formula Lasswell adalah cara yang mudah untuk memperkenalkan situasi proses komunikasi

Model Shannon-Weaver
Model ini dibuat oleh ahli matematik Claude Shannon diakhir 1949, disebut juga model matematis atau model teori informasi. Model ini mengambarkan komunikasi sebagai suatu proses linear satu arah. Elemen pertama adalah sumber informasi (information source), menghasilkan pesan (message),yang oleh pemancar (transmitter) diubah menjadi signal.Ketidakmampuan komunikator untuk menyadari bahwa pesan yang dikirim tidak selalu identik dengan pesan yang diterima merupakan salah satu alasan mengapa komunikasi gagal.
Kemudian ada juga “The Mathematical Theory of Communication” (Teori Matematika Komuikasi). Teori matematika ini acapkali disebut model Shannon dan Weaver, oleh karena teori komunikasi manusia yang muncul pada tahun 1949, merupakan perpaduan dari gagasan Claude E. Shannon dan Warren Eaver. Shannon pada tahun 1948 mengetengahkan teori matematik dalam komunikasi permesinan (engineering communication), yang kemudian bersama Warren pada tahun 1949 diterapkan pada proses komunikasi manusia (human communication).
Sumber informasi (information source) memproduksi sebuah (message) untuk dikomunikasikan. Pesan tersebut dapat terdiri dari kata-kata lisan atau tulisan, musik, gambar, dan lain-lain. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi isyarat (signal) yang sesuai bagi saluran yang akan dipergunakan. Saluran (channel) adalah media yang menyalurkan isyarat dari pemancara kepada penerima (receiver). Dalam percakapan sumber informasi adalah benak (brain) pemancar adalah mekanisme suara yang menghasilkan isyarat, saluran (channel) adalah udara.

S-M-C-R model (Model S-M-C-R)
Rumus S-M-C-R adalah singkatan dari istilah-istilah : S singkatan dari Source yang berarti sumber atau komunikator ; M singkatan dari Message yang berarti pesan ; C singkatan dari Channel yang berarti saluran atau media, sedangkan R singkatan dari Receiver yang berarti penerima atau komunikan.
Khusus mengenai istilah Channel yang disingkat C pada rumus S-M-C-R itu yang berarti saluran atau media, komponen tersebut menurut Edward Sappir mengandung dua pengertian, yakni primer dan sekunder. Media sebagai saluran primer adalah lambang, misalnya bahasa, kial (gesture), gambar atau warna, yaitu lambang-lambang yang dieprgunakan khusus dalam komunikasi tatap muka face-to-face communication), sedangkan media sekunder adalah media yang berwujud, baik media massa, misalnya surat kabar, televisi atau radio, maupun media nir-massa, misalnya, surat, telepon atau poster. Jadi, komunikator pada komunikasi tatap muka hanya menggunakan satu media saja, misalnya bahasa, sedangkan pada komunikasi bemedia seorang komunikator, misalnya wartawan, penyiar atau reporter menggunakan dua media, yakni media primer dan media sekunder, jelasnya bahasa dan sarana yang ia operasikan.

MODEL-MODEL KOMUNIKASI SIRKULER : DUA ARAH
Model sirkuler umumnya berangkat dari paradigma antarpribadi, di mana kedudukan komunikator dan komunikan relative setara. Munculnya paradigma baru ini merupakan pemisahan dari paradigma yang lama tentang komunikasi yang linear. Model sirkuler dikritik karena adanya kesamaan tingkat (equality)antara komunikator dan komunikan.

Model Schramm
Schramm membuat serangkaian model, dimulai dari (a) yang sederhana satu arah mirip Shanonn-Weaver, (b) satu model antarpribadi yang juga masih linear, (c) dilanjuntkan dengan pengembangannya yang sirkuler. Selain itu, Schramm juga menurunkan (d) model komunikasi massa.
Schramm menggunakan unsur source dan destination tapi tidak memunculkan transmitter dan receiver, yang ada adalah encoder (alat penyandi) dan decoder (alat penyandi balik). Menurut model ini, source boleh menjadi seorang individu atau organisasi, sinyalnya adalah bahasa dan destination-nya adalah pihak lain kepada siapa sinyal itu ditujukan.

Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone. Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan destination pada sisi yang lainnya.
Itulah sebabnya pada modelnya yang kedua ia mulai menyatukan source (sumber) dengan encoder (alat penyandi) yang semula terpisah. Demikian pula halnya dengan decoder (alat penyandi balik) yang ditempelkan dengan destination (tujuan). Selain itu, ia menambah unsur field of experience (bidang pengalaman) yang dimiliki kedua pelaku komunikasi. Source menyandi (encode) dan destination menyandi balik (decode) pesan berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing. Semakin besar luas bidang pengalaman source yang berhimpitan dengan bidang pengalaman destination, semakin mudah komunikasi dilakukan. Bila kedua bidang itu tidak bertautan atau sangat sedikit pertautannya artinya tidak ada pengalaman yang sama maka komunikasi sulit berlangsung.
Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone. Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan destination pada sisi yang lainnya.
Dalam komunikasi lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone. Dalam komunikasi antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan destination pada sisi yang lainnya.
Pada model yang ketiga, Scrhamm menggambarkan komunikasi sebagai proses sirkuler. Untuk pertama kalinya ia menggambarkan dua titik pelaku komunikasi yang melakukan fungsi encoder, interpreter, decoder.Dalam proses sirkuler ini, setiap pelaku komunikasi bertindak sebagai encoder dan decoder. Ia meng-encode pesan ketika menerimanya. Pesan yang diterima kembali dapat disebut umpan balik, yang tetap ia beri nama message. Umpan balik inilah yang telah membuat model linear menjadi sirluker.

The Osgood and Schramm Circular Model (Model sirkular Osgood dan Schramm)
Jika model Shannon dan Weaver merupakan proses linier, model Osggod dan Schramm dinilai sebagai sirkular dalam derajat yang tinggi. Perbedaan lainnya adalah apabila Shannon dan Weaver menitikberatkan perhatiannya langsung kepada saluran yang menghubungkan pengirim (sender) dan penerima (receiver) atau dengan perkataan lain komunikator dan komunikan. Schramm dan Osgood menitikberatkan pembahasannya pada perilaku pelaku-pelaku utama dalam proses komunikasi.
Shannon dan Weaver membedakan source dengan transmitter dan antara receiver dengan distination. Dengan kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi pengiriman (transmiting) dan pada sisi pemnerimaan (receiving ) dari proses.
Pada Schramm dan Osgood ditunjukkan fungsinya yang hampir sama. Digambarkannya dua pihak berperilaku sama, yaitu encoding atau menajdi, decoding atau menjadi balik, dan interpreting atau menafsirkan.

Model De Fleur

Model ini merupakan pengembangan ari model Shannon & weaver. De Fleur mempersoalkan arti dari isi pernyataan yang disampaikan dan arti dari isi pernyataan yang diterima. Noise dapat mempengaruhi semua unsur komunikasi. Bukan seperti Shannon & Weaver noise hanya terjadi antara unsur transmitter (alat pengirim) dan unsur reciver (alat penerima). De Fleur menemukan adanya umpan balik (feedback).
Dengan umpan balik ini, akan lebih mudah tercapai persamaan arti antara arti message yang disampaikan dan arti pesan yang diterima. Harus diingat, dalam komunikasi massa, komunikator hanya memperoleh feedback yang terbatas atau tidaklangsung dari khalayaknya.

Dance Helical Model (Model Helical Dance)
Model komunkasi helical ini dapat dikaji sebagai pengembangan dari model sirkular dari Osggod dan Schramm. Ketika membandingkan model komunikasi linier dan sirkular, Dance mengatakan bahwa dewasa ini kebanyakan orang menganggap bahwa pendekatan sirkular adalah paling tepat dalam menjelaskan proses komunikasi.
Heliks (helix), yakni suatu bentuk melingkar yang semakin membesar menunjukkan perhatian kepada suatu fakta bahwa proses komunikasi bergerak maju dan apa yang dikomunikasikan kini akan mempengaruhi struktur dan isi komunikasi yang datang menyusul. Dance menggarisbawahi sifat dinamik dari komunikasi.
Proses kounikasi, seperti halnya semua proses sosial, terdiri dari unsur-unsur, hubungan-hubungan dan lingkungan-lingkungan yang terus menerus berubah. Heliks menggambarkan bagaimana aspek-aspek dri proses berubah dari waktu ke waktu.
Dalam percakapan ,misalnya bidang kognitif secara tetap membesar pada mereka yang terlibat. Para aktor komunikasi secara sinambung memperoleh informasi mengenai topik termasa tentang pandangan orang lain, pengetahuan dan sebagainya.

Model Gerbner

(M) memahami (E) sebagai (E1). Penjelasan Lingkaran kanan : E – Event – kejadian = peristiwa. Lingkaran kiri atas (M) = man of machine = manusia atau mesin. Lingkaran di dalam (M). E1 – E sebagaimana dipahami oleh (M). Jadi hasil pemahaman (E1) tidak selamanya sama dengan yang diperhatikannya (E). Hal itu disebabkan oleh: seleksi, konteks, ketersediaan E. Lingkaran kiri bawah (M) ingin mengkomunikasikan (E1) kepada manusia lain. Ia mengubah (E1) menjadi (SE), (S) = shape = form = bentuk, dan E adalah content = isi. Di dalam kuliah kita mengenal (S) = shape = lambang komunikasi. Lambang komunikasi mengubah isi pernyataan dari bentuk abstrak menjadi konkrit. Bentuk (E1) adalah abstrak. S = lambing komunikasi mengubah (E1) berbentuk (SE) sebagai (SEI) “wah hujan”.
Proses komunikasi digambarkan sebagai berikut :

M mengamati E
M mengamati E sebagai E1
M menyampaikan E1 sebagai SE kepada M2
M2 memahami SE sebagai SE1.


Denis McQuail dan Sven Windahl berpendapat model ini dapat menggambarkan masalah psokologis dalam kesaksian di pengadilan. Seberapa jauh persepsi (M) itu tepat terhadap sejunlah kejadian (E) dan sejauh mana kemampuannya menyatakannya (E) dalam bentuk (SE).
Didalam komunikasi massa :
a. E = Bahan Berita
b. M = Mass Media
c. SE = Isi Media
d. M2 = Khalayak Media
Kita dapat mempersoalkan, misalnya: “seberapa baik hubungan realitas dengan berita (antara E dan SE) tentang realitas itu oleh media (M) ” dan “sejauh mana isi media (SE) dimengerti oleh khalayak (M2)”.

Model Newcomb

Model Newcomb diluncurkan pada1953. Bentuk model adalah segitiga, namun karena menggambarkan kesamaan derajat antara pelaku komunikasi, dimana penerima pesan tidak lagi dianggap pasif, yang tercermin dalam bentuk panah bolak-balik, maka model ini kita masukkan ke dalam kelompok sirkuler. Dalam model ini Newcomb mengembangkan modelnya berdasarkan karya terdahulu dari ahli psikologi Header (1946).
Pendekatan komunikasi ini berdasarkan pada pendekatan seorang pakar psikolog sosial berkaitan dengan interaksi manusia. Dalam bentuk yang paling sederhana dari kegiatan komunikasi seseorang A menyampaikan informasi kepada orang lain B mengenai sesuatu X. Model ini menyatakan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X adalah saling bergantung dan ketiganya membentuk sistem yang meliputi empat orientasi.
Seperti dikutip Effendy (2003) menurut Severin dan Tankard (1992) pada model newcomb ini komunikasi merupakan cara yang biasa dan efektif dimana orang-orang mengorientasikan dirinya terhadap lingkungannya.

S-O-R Theory (Teori S-O-R)
Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semua berasal dari psikologi. Objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi afeksi dan konasi.
Menurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ;
1. Pesan (stimulus, S)
2. Komunikan (organism, O)
3. Efek (Response, R)
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : (a) perhatian, (b) pengertian, dan (c) penerimaan.
Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.
Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

Model Ko-Orientasi (Mc Leod dan Chafee)


Model ini merupakan pengembangan dari model ABX Newcamb. Pendekatan Koorientasi merupakan nama yang diberikan McLeod dan Chafee untuk model ini. Elemen-elemen utama model ini adalah komunikasi antar personal atau anat kelompok, komunikasi dua arah yang inteaktif, tiga elemen sebagi suber informasi serta dinamisnya komunikasi yang terjadi antar mereka.
Elite biasanya berkaitan dengan suatu kepentingan politik tertentu. Isu merupakan segala sesuatu yang diperbincangkan publik dan mempunyai sejumlah butir informasi. Publik adalah masyarakat yang juga merupakan audiensi dari media. Sementara media berarti pula editor, reporter, jurnalis dan sebagainya.
Garis-garis yang menghubungkan elemen-elemen tersebut menunjukan hubungan, sikap, dan persepsi. Informasi tentang suatu kejadian dari isu biasanya dicari atau diperoleh dari anggota masyarakat serta dari elite atau media atau ketiganya. Hasil dari sebuah situasi yang dinamis akan tergantung pada hubungan antara public dengan elite tertentu, sikap publik terhadap media dan hubungan antara elite dengan media.
Perbedaan elite dan publik dalam persepsi terhadap sebuah isu dapat menjadi sumber
ketegangan yang mengarah pada usaha-usaha memperoleh informasi dari media atau sumber lain. Pada saat yang sama, perbedaan tersebut juga dapat mengarah pada usaha elite untuk memanipulasi persepsi dengan bertindak langsung atau mengontrol seluruh media.

Model Westley and Mc Clean

Model Westley & McClean ini adalah pengembangan dari model ABX. Dua kali Westley & McClean mengembangkan Model ABX – Newcomb ini
a. Pengembangan pertama
Ingat gambar model ABX dan model Ko-Orientasi. Bandingkan dengan gambar model Westley & McClean, sebagai berikut :

Pada model ABX dan Ko-Orientasi dicantumkan di atas, pada Model Westley & McClean disebelah kiri.
Pada Model ABX dan Ko-Orientasi tidak digambarkan feedback, pada model Westley & McClean dalam bentuk kotak-kotak putus dari B menuju A : FBA = feedback dari B kepada A.
Proses komunikasi berlangsung sebagai berikut: A memilih dari sejumlah X yang tersedia (issue, persoalan, peristiwa) dan menyampaikan pada B. Sementara itu B pun dapat langsung mengetahui adanya sejumlah X yang tersedia itu: X1B . sesudah X yang disampaikan A diterima B, maka B menyampaikan feedback : FBA.
Model Westley & McClean ini menggambarkan model komunikasi antar pribadi (interpersonal communication). Seseorang menyampaikan kepada orang lain atau seseorang mencari informasi kepada orang lain atau seseorang mencari informasi atau menyampaikan feedback.

b. Pengembangan kedua

Ada unsur baru yaitu C yang memainkan peranan sebagai medium.
Ada tiga feedback yaitu FCA, FBC, dan FBA.
Proses komunikasi berlangsung sebagai berikut: A memilih X dari sejumlah X yang tersedia untuk disampaikan kepada B (audiens). Untuk menyampaikan X ini, A menggunakan saluran C (organisasi media). Dapat juga C memilih X untuk disampaikan langsung ke audiens dan seterusnya.
Model Westley & McClean ini menggambarkan komunikasi massa, karena dalam proses komunikasi ini sudah ada C (media massa) dan ditujukan kepada banyak orang.


Dennis McQuail dan Sven Windahl berpendapat, model ini mengandung asumsi bahwa sistem hubungan yang demikian seperti halnya model Newcomb akan bersifat mengatur diri sendiri atau menguntungkan bagi semua partisipan. Jka komunikasinya berlangsung bebas maka sifat ini akan menyampingkan kepentingan-kepentingan antara pengirim dan penerima. Pada kenyataannya hubungan dari ketiga partisipan ini jarang sekali bersifat seimbang dan tidak selalu merupakan hubungan komunikasi.
Kelemahan kedua menurut Denis McQuail dan Sven Windahl, model ini terlalu menonjolkan tingkat integrasi proses komunikasi dan kesamaan pandangan antara penyokong, komunikator dan audiens. Dalam kenyataannya masing-masing komponen mempunyai tujuan yang tidak ada kaitannya satu sama lain. Model ini bersifat idealis dan agak normative dalam menawarkan apa yang sebenarnya merupakan versi pasar bebas.
Kelemahan ketiga, model ini terlampau menonjolkan ketergantungan komunikator terhadap masyarakat, terutama dalam persoalan politis atau yang menyangkut kepentingan Negara.

Model Rilley and Rilley

Perbedaan dari Model Riley & Riley dengan modal sebelumnya adalah : Model sebelumnya memberikan kesan, bahwa proses komunikasi terjadi dalam suatu kevakuman sosial dan pengaruh lingkungan tidka perlu dipermasalahkan. Model Riley & Riley menunjukan bahwa komunikator dan komunikan mendapat pangaruh dari kelompok primer.
Kelompok – kelompok dan struktur sosial yang lebih besar yang mempengaruhi komunikator dan komunikan di dalam melaksanakan proses komunikasi berada di dalam dan mendapat pengaruh dari sistem sosial keseluruhan (over all social system).
Baik komunikator, maupun komunikan berhubungan dengan kelompok primernya. Komunikator/ komunikan dan kelompok primernya masing-masing dipengaruhi oleh struktur yang lebih besar dan serluruh proses ini dipengaruhi oleh sistem sosialnya. Kelompok primer adalah kelompok dimana antara anggotanya terdapat hubungan yang intim, misalnya keluarga. Kelompok referens adalah kelompok yang dengan pertolongannya, anggotanya dapat merumuskan sikap, nilai dan tingkah lakunya.
Denis McQuail dan Sven Windahl berpendapat (1) model ini membantu menghubungkan konsep mengenai komunikasi massa dengan teori – teori sosiologi yang sudah ada, (2) pendapat Riley & Riley bahwa komunkasi massa hendaklah dipandang sebagai suatu proses ini dapat mempengaruhi dan dipengaruhi itu, adalah pendapat yang penting, (3) Model ini menunjukan cara baru dalam melihat efek – efek komunikasi.

Model Maletzke

Maletzke membuat model komunikasi massa berdasarkan elemen – elemen tradisional yaitu komunikator, isi pernyataan, medium, komunikan, dan umpan balik. Di antara medium dan komunikan, Maletzke menambah tekanan atau kendala medium dan citra medium pada diri komunikan.
Dalam hal tekanan atau kendala medium, kita hadapkan pada kenyataan, ada perbedaan jenis adaptasi oleh komunikan terhadap media yang berbeda – beda. Setiap medium ada kelebihan dan kekurangannya. Sifat – sifat medium dianggap punya pengaruh terhadap cara komunikan menggunakannya.
Citra medium ada pada komunikan menimbulkan harapan – harapan tentang isi medium tersebut, dan dianggap punya pengaruh terhadap cara komunikan memilih isi medium tersebut. Dalam diri komunikator maupun komunikan terdapat variabel independen yang mempengaruhi dirinya dalam melakukan tindak komunikasi. Pada komunikan variabel independen itu terdiri dari citra diri komunikan, struktur kepribadian komunikan, lingkungan sosial komunikan dan komunikan sebagai anggota public.
Sedang pada komunikator, variabel independen terdiri dari citra diri komunikator, struktur kepribadian komunikator, komunikator dalam kelompok kerja, komunikator dalam organisasi, lingkungan sosial komunikator serta tekanan dan kendala yang timbul dari karakter publik.
Di samping itu, komunikator berkaitan dengan variabel, yaitu pilihan tentang apa yang ia sampaikan dan caranya membentuk isi pernyataan yang disampingkan. Ketika menetapkan bagaimana caranya menyusun dan membentuk isi pernyataan, komunikator dihadapkan pada suatu situasi pilihan. Bagaimana ia melakukan seleksi dan membentuk isi pernyataan tergantung pada tekanandan kendala dari isi pernyataan dan tekanan atau kendala dari media.
Komentar Denis McQuail dan Sven Windahl : model ini menggunakan pendekatan sosiologi dan psikologi. Walaupun model ini sudah berumur, namun masih berguna untuk membantu penelitian.
Model ini begitu mendetail sehingga bias menjadi alat cek (cheklist) faktor – faktor yang ada hubungannya dengan proses komunikasi massa dari segi psikologi dan sosialnya.
sumber : http://alayyubi23.blogspot.com/2011/04/belajar-komunikasi-5-model-komunikasi.html
0

DAMPAK NEGATIF INTERNET PADA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Hacker dan Cracker : Perkembangan Cybercrime Di Indonesia


Indonesia bukan hanya terkenal sebagai negara terkorup di dunia, melainkan juga Negara dengan “carder” tertinggi di muka bumi, setelah Ukrania. “carder” adalah penjahat di internet, yang membeli barang di toko maya (online shoping) dengan memakai kartu kredit milik orang lain. Meski pengguna internet Indonesia masih sedikit dibanding negara Asia Tenggara lainnya, apalagi dibanding Asia atau negara-negara maju, nama warga Indonesia di internet sudah “ngetop” dan tercemar! Indonesia masuk “blacklist” di sejumlah online shoping ternama, khususnya di amazon.com dan ebay.com Kartu kredit asal Indonesia diawasi bahkan diblokir. Sesungguhnya, sebagai media komunikasi yang baru, internet memberikan sejuta manfaat dan kemudahan kepada pemakainya. Namun internet juga mengundang ekses negatif, dalam berbagai tindak kejahatan yang menggloblal. Misalnya, tindak penyebaran produk pornorgrafi, pedofilia, perjudian, sampah (spam), bermacam virus, sabotase, dan aneka penipuan, seperti carding, phising, spamming, dll. Yang gawat, nama negara terseret karenanya.
Berikut sejumlah jenis kejahatan via internet :
CARDING
Carding adalah berbelanja menggunakan nomor dan identitas kartu kredit orang lain, yang diperoleh secara ilegal, biasanya dengan mencuri data di internet. Sebutan pelakunya adalah “carder”. Sebutan lain untuk kejahatan jenis ini adalah cyberfroud alias penipuan di dunia maya. Menurut riset Clear Commerce Inc, perusahaan teknologi informasi yang berbasis di Texas – AS , Indonesia memiliki “carder” terbanyak kedua di dunia setelah Ukrania. Sebanyak 20 persen transaksi melalui internet dari Indonesia adalah hasil carding. Akibatnya, banyak situs belanja online yang memblokir IP atau internet protocol (alamat komputer internet) asal Indonesia. Kalau kita belanja online, formulir pembelian online shop tidak mencantumkan nama negara Indonesia. Artinya konsumen Indonesia tidak diperbolehkan belanja di situs itu.
Menurut pengamatan ICT Watch, lembaga yang mengamati dunia internet di Indonesia, para carder kini beroperasi semakin jauh, dengan melakukan penipuan melalui ruang-ruang chatting di mIRC. Caranya para carder menawarkan barang-barang seolah-olah hasil carding-nya dengan harga murah di channel. Misalnya, laptop dijual seharga Rp 1.000.000. Setelah ada yang berminat, carder meminta pembeli mengirim uang ke rekeningnya. Uang didapat, tapi barang tak pernah dikirimkan.
HACKING
Hacking adalah kegiatan menerobos program komputer milik orang/pihak lain. Hacker adalah orang yang gemar ngoprek komputer, memiliki keahlian membuat dan membaca program tertentu, dan terobsesi mengamati keamanan (security)-nya. “Hacker” memiliki wajah ganda; ada yang budiman ada yang pencoleng. “Hacker” budiman memberi tahu kepada programer yang komputernya diterobos, akan adanya kelemahan-kelemahan pada program yang dibuat, sehingga bisa “bocor”, agar segera diperbaiki. Sedangkan, hacker pencoleng, menerobos program orang lain untuk merusak dan mencuri datanya.
CRACKING
Cracking adalah hacking untuk tujuan jahat. Sebutan untuk “cracker” adalah “hacker” bertopi hitam (black hat hacker). Berbeda dengan “carder” yang hanya mengintip kartu kredit, “cracker” mengintip simpanan para nasabah di berbagai bank atau pusat data sensitif lainnya untuk keuntungan diri sendiri. Meski sama-sama menerobos keamanan komputer orang lain, “hacker” lebih fokus pada prosesnya. Sedangkan “cracker” lebih fokus untuk menikmati hasilnya. Kasus kemarin, FBI bekerja sama dengan polisi Belanda dan polisi Australia menangkap seorang cracker remaja yang telah menerobos 50 ribu komputer dan mengintip 1,3 juta rekening berbagai bank di dunia. Dengan aksinya, “cracker” bernama Owen Thor Walker itu telah meraup uang sebanyak Rp1,8 triliun. “Cracker” 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA itu tertangkap setelah aktivitas kriminalnya di dunia maya diselidiki sejak 2006.
DEFACING
Defacing adalah kegiatan mengubah halaman situs/website pihak lain, seperti yang terjadi pada situs Menkominfo dan Partai Golkar, BI baru-baru ini dan situs KPU saat pemilu 2004 lalu. Tindakan deface ada yang semata-mata iseng, unjuk kebolehan, pamer kemampuan membuat program, tapi ada juga yang jahat, untuk mencuri data dan dijual kepada pihak lain.
PHISING
Phising adalah kegiatan memancing pemakai komputer di internet (user) agar mau memberikan informasi data diri pemakai (username) dan kata sandinya (password) pada suatu website yang sudah di-deface. Phising biasanya diarahkan kepada pengguna online banking. Isian data pemakai dan password yang vital yang telah dikirim akhirnya akan menjadi milik penjahat tersebut dan digunakan untuk belanja dengan kartu kredit atau uang rekening milik korbannya.
SPAMMING
Spamming adalah pengiriman berita atau iklan lewat surat elektronik (e-mail) yang tak dikehendaki. Spam sering disebut juga sebagai bulk email atau junk e-mail alias “sampah”. Meski demikian, banyak yang terkena dan menjadi korbannya. Yang paling banyak adalah pengiriman e-mail dapat hadiah, lotere, atau orang yang mengaku punya rekening di bank di Afrika atau Timur Tengah, minta bantuan “netters” untuk mencairkan, dengan janji bagi hasil. Kemudian korban diminta nomor rekeningnya, dan mengirim uang/dana sebagai pemancing, tentunya dalam mata uang dolar AS, dan belakangan tak ada kabarnya lagi. Seorang rector universitas swasta di Indonesia pernah diberitakan tertipu hingga Rp1 miliar dalam karena spaming seperti ini.
MALWARE
Malware adalah program komputer yang mencari kelemahan dari suatu software. Umumnya malware diciptakan untuk membobol atau merusak suatu software atau operating system. Malware terdiri dari berbagai macam, yaitu: virus, worm, trojan horse, adware, browser hijacker, dll. Di pasaran alat-alat komputer dan toko perangkat lunak (software) memang telah tersedia antispam dan anti virus, dan anti malware. Meski demikian, bagi yang tak waspadai selalu ada yang kena. Karena pembuat virus dan malware umumnya terus kreatif dan produktif dalam membuat program untuk mengerjai korban-korbannya.
Perkembangan Internet yang semakin hari semakin meningkat baik teknologi dan penggunaannya, membawa banyak dampak baik positif maupun negatif. Tentunya untuk yang bersifat positif kita semua harus mensyukurinya karena banyak manfaat dan kemudahan yang didapat dari teknologi ini, misalnya kita dapat melakukan transaksi perbankan kapan saja dengan e-banking, e-commerce juga membuat kita mudah melakukan pembelian maupun penjualan suatu barang tanpa mengenal tempat. Mencari referensi atau informasi mengenai ilmu pengetahuan juga bukan hal yang sulit dengan adanya e-library dan banyak lagi kemudahan yang didapatkan dengan perkembangan Internet. Tentunya, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi Internet membawa dampak negatif yang tidak kalah banyak dengan manfaat yang ada. Internet membuat kejahatan yang semula bersifat konvensional seperti pengancaman, pencurian dan penipuan kini dapat dilakukan dengan menggunakan media komputer secara online dengan risiko tertangkap yang sangat kecil oleh individu maupun kelompok dengan akibat kerugian yang lebih besar baik untuk masyarakat maupun negara disamping menimbulkan kejahatan-kejahatan baru. Banyaknya dampak negatif yang timbul dan berkembang, membuat suatu paradigma bahwa tidak ada komputer yang aman kecuali dipendam dalam tanah sedalam 100 meter dan tidak memiliki hubungan apapun juga.
Seperti seorang hacker dapat masuk ke dalam suatu sistem jaringan perbankan untuk mencuri informasi nasabah yang terdapat di dalam server mengenai data base rekening bank tersebut, karena dengan adanya e-banking jaringan tersebut dapat dikatakan terbuka serta dapat diakses oleh siapa saja. Kalaupun pencurian data yang dilakukan sering tidak dapat dibuktikan secara kasat mata karena tidak ada data yang hilang tetapi dapat diketahui telah diakses secara illegal dari sistem yang dijalankan. Tidak kurang menghebohkannya adalah beredarnya gambar-gambar porno hubungan seksual/pornografi, misalnya antara seorang bintang sinetron Sukma Ayu dan Bjah, penyanyi yang sedang naik daun. Gambar-gambar tersebut beredar secara luas di Internet baik melalui e-mail maupun dalam tampilan website yang dapat disaksikan oleh siapa saja secara bebas. Pengungkapan kejahatan ini masih sangat kecil sekali, dikarenakan banyak kendala dan hambatan yang dihadapi dalam upaya pengungkapannya. Saat ini, bagi mereka yang senang akan perjudian dapat juga melakukannya dari rumah atau kantor hanya dengan mengakses situs www.indobetonline.com atau www.tebaknomor.com dan banyak lagi situs sejenis yang menyediakan fasilitas tersebut dan memanfaatkan fasilitas Internet banking untuk pembayarannya.
E-commerce tidak sedikit membuka peluang bagi terjadinya tindak pidana penipuan, seperti yang dilakukan oleh sekelompok pemuda di Medan yang memasang iklan di salah satu website terkenal “Yahoo” dengan seolah - olah menjual mobil mewah Ferrary dan Lamborghini dengan harga murah sehingga menarik minat seorang pembeli dari Kuwait. Perbuatan tersebut dapat dilakukan tanpa adanya hubungan terlebih dahulu antara penjual dan pembeli, padahal biasanya untuk kasus penipuan terdapat hubungan antara korban atau tersangka.
Selain carding, masih banyak lagi kejahatan yang memanfaatkan Internet. Tentunya masih hangat dalam pikiran kita saat seorang hacker bernama Dani Hermansyah, pada tanggal 17 April 2004 melakukan deface dengan mengubah nama - nama partai yang ada dengan nama- nama buah dalam website www.kpu.go.id, yang mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Pemilu yang sedang berlangsung pada saat itu. Dikhawatirkan, selain nama –nama partai yang diubah bukan tidak mungkin angka-angka jumlah pemilih yang masuk di sana menjadi tidak aman dan dapat diubah, padahal dana yang dikeluarkan untuk sistem teknologi informasi yang digunakan oleh KPU sangat besar sekali. Untung sekali bahwa apa yang dilakukan oleh Dani tersebut tidak dilakukan dengan motif politik, melainkan hanya sekedar menguji suatu sistem keamanan yang biasa dilakukan oleh kalangan underground (istilah bagi dunia Hacker). Terbukti setelah melakukan hal tersebut, Dani memberitahukan apa yang telah dilakukannya kepada hacker lain melalui chat room IRC khusus Hacker sehingga akhirnya tertangkap oleh penyidik dari Polda Metro Jaya yang telah melakukan monitoring di chat room tersebut. Deface disini berarti mengubah atau mengganti tampilan suatu website. Pada umumnya, deface menggunakan teknik Structured Query Language (SQL) Injection. Teknik ini dianggap sebagai teknik tantangan utama bagi seorang hacker untuk menembus jaringan karena setiap jaringan mempunyai sistem keamanan yang berbeda-beda serta menunjukkan sejauh mana kemampuan operator jaringan, sehingga apabila seorang hacker dapat masuk ke dalam jaringan tersebut dapat dikatakan kemampuan hacker lebih tinggi dari operator jaringan yang dimasuki.
Kelemahan admin dari suatu website juga terjadi pada penyerangan terhadap website www.golkar.or.id milik Partai Golkar. Serangan terjadi hingga 1577 kali melalui jalan yang sama tanpa adanya upaya menutup celah tersebut disamping kemampuan Hacker yang lebih tinggi, dalam hal ini teknik yang digunakan oleh Hacker adalah PHP Injection dan mengganti tampilan muka website dengan gambar wanita sexy serta gorilla putih sedang tersenyum.
Teknik lain adalah yang memanfaatkan celah sistem keamanan server alias hole Cross Server Scripting (XXS) yang ada pada suatu situs. XXS adalah kelemahan aplikasi di server yang memungkinkan user atau pengguna menyisipkan baris-baris perintah lainnya. Biasanya perintah yang disisipkan adalah Javascript sebagai jebakan, sehingga pembuat hole bisa mendapatkan informasi data pengunjung lain yang berinteraksi di situs tersebut. Makin terkenal sebuah website yang mereka deface, makin tinggi rasa kebanggaan yang didapat. Teknik ini pulalah yang menjadi andalan saat terjadi cyberwar antara hacker Indonesia dan hacker Malaysia, yakni perang di dunia maya yang identik dengan perusakan website pihak lawan. Menurut Deris Setiawan, terjadinya serangan ataupun penyusupan ke suatu jaringan komputer biasanya disebabkan karena administrator (orang yang mengurus jaringan) seringkali terlambat melakukan patching security (instalasi program perbaikan yang berkaitan dengan keamanan suatu sistem). Hal ini mungkin saja disebabkan karena banyaknya komputer atau server yang harus ditanganinya.
Dengan demikian maka terlihat bahwa kejahatan ini tidak mengenal batas wilayah (borderless) serta waktu kejadian karena korban dan pelaku sering berada di negara yang berbeda. Semua aksi itu dapat dilakukan hanya dari depan komputer yang memiliki akses Internet tanpa takut diketahui oleh orang lain/ saksi mata, sehingga kejahatan ini termasuk dalam Transnational Crime/ kejahatan antar negara yang pengungkapannya sering melibatkan penegak hukum lebih dari satu negara. Mencermati hal tersebut dapatlah disepakati bahwa kejahatan IT/ Cybercrime memiliki karakter yang berbeda dengan tindak pidana umum baik dari segi pelaku, korban, modus operandi dan tempat kejadian perkara sehingga butuh penanganan dan pengaturan khusus di luar KUHP. Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesatnya haruslah di antisipasi dengan hukum yang mengaturnya dimana kepolisian merupakan lembaga aparat penegak hukum yang memegang peranan penting didalam penegakan hukum, sebab tanpa adanya hukum yang mengatur dan lembaga yang menegakkan maka dapat menimbulkan kekacauan didalam perkembangannya. Dampak negatif tersebut menimbulkan suatu kejahatan yang dikenal dengan nama “CYBERCRIME” yang tentunya harus diantisipasi dan ditanggulangi.



DEWI KURNIAWATI
153080192
0

DUKUNGAN SOSIAL FACEBOOK GERAKAN KEKUATAN MASSA

Pada masa sekarang, peranan Internet sebagai media komunikasi sedikit banyak telah mengubah bentuk-bentuk relasi antar manusia. Internet memungkinkan penggunanya untuk menampung berbagai macam informasi sekaligus menyebarkan informasi tersebut ke seluruh penjuru dunia. Keberadaan Internet juga telah membangun dunia baru yang lazim dikenal dengan istilah dunia maya. Penggunanya menciptakan berbagai macam identitas semu yang diharapkan dapat mewakili keberadaannya secara fisik untuk berinteraksi dengan sesama pengguna. Penciptaan identitas baru ini dalam perkembangannya bahkan mendorong pengguna Internet untuk tenggelam ke dalam identitas semunya tersebut dibandingkan dengan identitas aslinya di dunia nyata. Banyak orang yang lebih nyaman untuk berinteraksi dalam Internet daripada jika harus berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Situs jejaring yang ada kini begitu banyak di dunia maya, mulai dari Friendster, Live Connector, Tagged, MySpace, Hi5, Fupei hingga Facebook. Namun, Tidak ada situs jejaring sosial lain yang mampu menandingi daya tarik Facebook terhadap pengguna (user). Pada tahun 2007, terdapat penambahan 200 ribu account baru perharinya Lebih dari 25 juta user aktif menggunakan Facebook setiap harinya. Rata-rata user menghabiskan waktu sekitar 19 menit perhari untuk melakukan berbagai aktifitas di Facebook. Kini Facebook memiliki karyawan 250 - 1000 orang, dengan pendapatan $50 – $100.
Facebook merupakan salah satu layanan jaringan sosial internet yang gratis dimana kita dapat membentuk jaringan dengan mengundang teman kita. Dan dari jaringan yang kita bentuk, kita dapat memperhatikan aktifitas mereka, mengikuti permainan/ join game yang direkomendasikan, menambahkan teman atau jaringan kita berdasarkan organisasi sekolah, daerah domisili kita, dan seterusnya. Bisa dibilang fasilitas untuk berteman dan membina kehidupan sosial. Di tahun 2008, Indonesia merupakan negara negara Asia Tengara yang paling cepat perkembangan pengguna Facebooknya, yakni 645 persen menjadi 831.000 pengguna Facebook, dan tertinggi kelima di dunia setelah Amerika, Inggris, Prancis dan Italia, dan berpotensi meningkat dalam skala besar. Melalui situs inilah gerakan massa mulai terbentuk, seperti salah satu bentuk dukungan untuk KPK, yang dibuat aktivis dan dosen asal Bengkulu, Usman Yasmin, masih terus membesar dengan anggota hampir 800 ribu. Bagaimana grup ini menjadi besar? Sepintas kita berpikir tak sulit membuat gerakan sosial di Internet karena orang dapat melakukannya hanya dengan mengklik sambil tiduran sekalipun. Ini memang benar, tapi justru karena begitu mudahnya memulai gerakan di Internet, orang akan dibombardir oleh ajakan untuk bergabung dengan aneka macam gerakan. Akibatnya orang akan memilah-milah grup mana yang paling cocok. Karena orang memilih secara sadar, kita bisa menganggap grup aktivisme yang besar menjadi besar bukan hanya karena mudah bagi orang untuk ikut serta, tapi juga karena memang isu yang diangkat mendapat dukungan luar biasa.
Selain itu, ada fitur facebook yang tepat untuk menjadi alat rekrutmen sebuah gerakan, yaitu wall , yang membuat kita bisa melihat saat teman kita menjadi anggota sebuah grup. Manusia adalah mahluk sosial yang selalu memperhatikan apa yang dilakukan orang lain di sekitarnya. Melihat banyak orang dalam jejaring kita sendiri bergabung dengan sebuah grup akan memberikan tekanan sosial untuk bergabung. Mendapat invite dari teman untuk bergabung membuat kita pikir-pikir. Melihat sebuah grup beranggota besar (atau kerumunan massa besar) tidak otomatis membuat kita tertarik bergabung karena kita dapat menganggap kelompok itu berbeda. Tapi melihat teman kita sendiri berbondong-bondong bergabung, memberikan dorongan luar biasa untuk ikut. Wall di facebook memungkinkan kita melihat apa yang dilakukan teman-teman. Dan, jika banyak teman kita melakukan hal serupa, besar kemungkinan kita akan melakukan hal itu juga.
Dinamika ini konsisten dengan penelitian mengenai gerakan sosial yang menemukan bahwa, dalam banyak kasus, seseorang menjadi aktivis bukan karena kesamaan ideologi atau pandangan lalu bergabung dengan kelompok. Ia diajak temannya untuk bergabung ke kelompok dan baru menjadi aktivis ketika sudah menjadi bagian kelompok itu dan belajar mengenai isu yang diperjuangkan. Jangan kita lupakan peran media massa. Dalam kasus ini, media massa terus-menerus melaporkan perkembangan gerakan di facebook. Bagi mereka yang tidak terkoneksi ke Internet, efeknya seperti mendengar ada demonstrasi besar di kota lain; mereka tidak melihat atau merasakan secara langsung tapi menjadi tahu akan keberadaan sebuah kelompok besar yang kesal akan suatu hal. Gerakan facebook adalah sinyal adanya sebuah masalah penting yang membuat banyak orang geram, yang selanjutnya diberitakan media massa. Liputan media massa ini juga dapat menjadi umpan-balik positif untuk gerakan: orang yang sebelumnya menganggap remeh gerakan facebook berubah menjadi menganggapnya penting karena gerakan tersebut diliput oleh media massa. Reputasi gerakan menjadi naik karena mendapat liputan media massa yang tidak mudah diperoleh; reputasi naik karena ada sinyal bahwa gerakan telah berhasil melakukan sesuatu yang sulit, yaitu menarik perhatian media massa.
Paparan di atas menggambarkan bagaimana aktivisme di Internet dapat menghasilkan sebuah kelompok pendukung dan penekan yang, dengan bantuan media massa, mampu menghasilkan perubahan nyata. Pertanyaan selanjutnya, apakah bisa lebih dari itu? Terutama bagaimana jika media massa tidak meneruskan sinyal protes dari Internet ke khalayak ramai? Jawabnya bisa. Selain untuk membentuk kelompok penekan maya, kita juga dapat menggunakan Internet sebagai alat untuk mengorganisasi gerakan sosial nyata di lapangan. Inilah yang dilakukan Barack Obama, baik ketika kampanye maupun setelah menjadi presiden AS, saat ia melakukan mobilisasi massa untuk mendukung kebijakan-kebijakannya.
Grup di facebook, misalnya, dapat menarik orang-orang yang memiliki kesamaan pandangan dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Setelah grup menjadi besar dan anggotanya aktif berbagi pendapat, kita dapat mengkategorisasi anggota berdasarkan lokasi tempat tinggal. Selanjutnya kita membantu mereka membentuk kelompok-kelompok lokal sendiri yang bergerak dan membuat aksi di lokalitas masing-masing sehingga memobilisasi mereka yang tak terkoneksi ke Internet. Aktivis yang melakukan aksi di berbagai tempat ini dapat menggunakan Internet untuk saling bertukar informasi sehingga mereka dapat belajar satu sama lain dan juga saling bertukar cerita melalui tulisan dan video yang membuat semangat tetap tinggi. Tentunya menggunakan internet sebagai alat pengorganisasian perlu strategi dan tim yang lebih lengkap dibandingkan menggunakan internet sebagai ajang curah pendapat dan emosi kolektif. Yang pasti Internet telah menjadi salah satu alat aktivisme; Internet dapat mempermudah seseorang menjadi aktivis; Internet dapat dipakai untuk mengelola dukungan untuk sebuah aktivisme. Ini semua dapat berujung pada partisipasi publik yang semakin besar dan memperkuat demokrasi di Indonesia dengan memberikan kekuatan tambahan bagi rakyat, terutama saat penguasa tidak mau mendengar rakyat. Power to the people.


DEWI KURNIAWATI
153080192
0

TEKNOLOGI BARU INTERNET DENGAN WEB TIGA GENERASI

TEKNOLOGI BARU INTERNET DENGAN WEB TIGA GENERASI
Semantic web secara harafiah berarti sesuatu yang memungkinkan komputer memahami arti dari sebuah informasi berdasar pada Metadata yaitu data mengenai data. Metadata ini mengandung informasi mengenai isi dari suatu data yang dipakai untuk keperluan manajemen file/data itu nantinya dalam suatu basis data. Dengan adanya Metadata, komputer diharapkan mampu secara otomatis membantu manusia mengartikan hasil proses informasi sehingga hasil pencarian informasi menjadi lebih akurat. Sebagai contoh, saat kita mencari informasi mengenai “bangau”, mesin pencari akan menampilkan berbagai informasi mengenai "bangau", tanpa mempedulikan apakah yang dicari adalah nama burung, nama jalan, atau bahkan nama orang. Hal ini sebenarnya merupakan fenomena yang wajar mengingat teknologi informasi di dunia Internet yang belum memiliki mekanisme pengorganisasian data secara terstruktur. Internet membutuhkan suatu mekanisme yang memampukan komputer mengerti arti kata yang kita cari.
Dengan kata lain, kita membutuhkan suatu cara agar kata-kata yang tertera di dalam suatu dokumen Web dapat dibaca dan dimengerti oleh mesin (machine-readable data). Website yang memiliki kemampuan seperti ini seolah-olah memiliki kecerdasan buatan yang sanggup memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan atau kebutuhan para penggunanya. Para peniliti setuju bahwa Semantic Web merupakan suatu cara untuk melakukan revolusi di dunia Internet yang akan menyatukan interaktifitas pengguna, kolaborasi informasi, dan kecerdasan buatan pada sebuah Website. Sebelum membahas lebih jauh mengenai Semantic Web, mari kita menelaah kembali secara singkat berbagai perkembangan web sampai saat ini.
Web 1.0 merupakan teknologi Web generasi pertama yang merupakan revolusi baru di dunia Internet karena telah mengubah cara kerja dunia industri dan media. Pada dasarnya, Website yang dibangun pada generasi pertama ini secara umum dikembangkan untuk pengaksesan informasi dan memiliki sifat yang sedikit interaktif. Berbagai Website seperti situs berita "cnn.com" atau situs belanja "Bhinneka.com" dapat dikategorikan ke dalam jenis ini. Perkembangan web yang kedua adalah Web 2.0, pertama kalinya diperkenalkan oleh O’Reilly Media pada tahun 2004 sebagai teknologi Web generasi kedua yang mengedepankan kolaborasi dan sharing informasi secara online.
Menurut Tim O’Reilly, Web 2.0 dapat didefinisikan sebagai berikut: Web 2.0 adalah revolusi bisnis di industri komputer yang disebabkan oleh penggunaan internet sebagai platform, dan merupakan suatu percobaan untuk memahami berbagai aturan untuk mencapai keberhasilan pada platform baru tersebut. Salah satu aturan terutama adalah: Membangun aplikasi yang mengeksploitasi efek jaringan untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengguna aplikasi tersebut. Berbagai layanan berbasis web seperti jejaring sosial, wiki dan folksonomies (misalnya: "flickr.com", "del.icio.us") merupakan teknologi Web 2.0 yang menambah interaktifitas di antara para pengguna Web.
Walaupun masih dalam perdebatan di kalangan analis dan peneliti, istilah Web 3.0 tetap berpotensi menjadi generasi teknologi di dunia Internet. Saat ini, definisi untuk Web 3.0 sangat beragam mulai dari pengaksesan broadband secara mobile sampai kepada layanan Web berisikan perangkat lunak bersifat on-demand. Pada dasarnya Semantic Web memiliki tujuan yang sama karena Semantic Web memiliki isi Web yang tidak dapat hanya diekpresikan di dalam bahasa alami yang dimengerti manusia, tetapi juga di dalam bentuk yang dapat dimengerti, diinterpretasi dan digunakan oleh perangkat lunak (software agents). Melalui Semantic Web inilah, berbagai perangkat lunak akan mampu mencari, membagi, dan mengintegrasikan informasi dengan cara yang lebih mudah.
"Semantic Web menawarkan sebuah solusi yang memang luar biasa bagi pemrosesan informasi di Web. Namun, penelitian dan pengembangan tools untuk Semantic Web masih harus terus dilakukan agar di kemudian hari berbagai aplikasi Semantic Web dapat diimplementasikan dan dipergunakan secara luas."

Ibrahim, Niko. (2007). Pengembangan Aplikasi Semantic Web Untuk Membangun Web yang Lebih Cerdas. Jurnal Informatika.


DEWI KURNIAWATI
153080192
3

KOMODIFIKASI DALAM EKONOMI POLITIK MEDIA

Komodifikasi merupakan istilah baru yang mulai muncul dan dikenal oleh para  ilmuwan  sosial.  Komodifikasi  mendeskripsikan cara  kapitalisme melancarkan tujuannya dengan mengakumulasi kapital, atau, menyadari transformasi nilai guna menjadi nilai tukar.  Komoditas dan komodifikasi adalah dua hal yang memiliki hubungan objek dan proses,  dan menjadi salah satu indikator kapitalisme global yang kini tengah terjadi. Dalam ekonomi politik media komodifikasi adalah salah satu bentuk penguasaan media selain strukturasi dan spasialisasi.

Komodifikasi  menurut  Vincent  Mosco  digambarkan  sebagai  cara kapitalisme  dengan  membawa  akumulasi  tujuan  kapitalnya  atau mudahnya dapat digambarkan sebagai sebuah perubahan nilai fungsi atau guna menjadi sebuah nilai tukar. Dan sekarang ini telah sangat banyak sekali bentuk komodifikasi yang muncul dalam perkembangan kehidupan manusia.  Karena  mulai  banyak  juga  yang  dijadikan  komoditas  oleh manusia.

Komodifikasi intrinsic atau komodifikasi isi merupakan proses perubahan pesan dari kumpulan informasi ke dalam system makna dalam wujud produk yang dapat dipasarkan. Atau dalam penjelasan lainnya disebut sebagai proses mengubah pesan da sekumpulan data ke dalam system makna sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang bisa dipasarkan

Komodifikasi ekstrinsik atau komodifikasi khalayak merupakan proses modifikasi peran pembaca/khalayak oleh perusahaan media dan pengiklan, dari fungsi awal sebagai konsumen media menjadi konsumen khalayak selain media. Hal inilah dari yang dijual kepada pengiklan. Pada proses ini, perusahaan media memproduksi khalayak melalui sesuatu program/tayangan untuk selanjutnya dijual kepada pengiklan. Terjadi proses kerja sama yang saling menguntungkan antara perusahaan media dan pengiklan, dimana peusahaan media digunakan sebagai sarana untuk menarik khalayak, yang selanjutnya di jual kepada pengiklan

Komodifikasi sibernetik terkait dengan proses mengatasi kendali dan ruang. Instrinsik komodifikasi merupakan proses media melakukan pertukaran dengan rating, sedangkan untuk extrinsic komodifikasi menjangkau seluruh kelembagaan sosial sehingga akses hanya dimiliki media.

Dalam proses komodifikasi ini, sesuatu diproduksi bukan terutama atas dasar nilai guna, tetapi lebih pada nilai tukar. Artinya sesuatu di produksi bukan semata-mata memiliki kegunaan bagi khalayak, tetapi lebih karena sesuatu itu bisa dipertukarakan di pasar. Dengan demikian orientasi produksi bukan untuk memenuhi kebutuhan objektif masyarakat tetapi lebih mendorong akumulasi modal.

Anterior Inicio